Gabung dan hasilkan uang dengan memasang iklan di kumpulblogger.com
Share |

Monday, October 25, 2010

Menilik Museum Kesehatan dr Adhyatma

Menilik Museum Kesehatan dr AdhyatmaSurabaya - Mengunjungi objek wisata baik menikmati keindahan alam maupun mengetahui nilai sejarah sebuah situs kerajaan sering dilakukan masyarakat pariwisata di Jawa Timur, mengingat jumlah objek wisata alam dan situs tersebut memang banyak tersebar di provinsi ini.

Namun, sudahkah kita menilik lebih dekat Museum Kesehatan dr Adhyatma MPH yang berada satu kompleks dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem dan Kebijakan Kesehatan, Badan Litbang Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia di Jalan Indrapura Surabaya?

"Walau ada potensi lebih dari setiap koleksi yang dipajang di museum ini tetapi, sampai sekarang jarang ada kunjungan anak sekolah maupun orang dewasa. Masih sedikit wisatawan asing yang mengagendakan jadwal berliburnya ke sini," kata Kepala Museum Kesehatan dr Adhyatma MPH, Mubarokh.

Ketika memasuki pintu museum, jelas dia, para wisatawan akan mendapat suguhan aroma khas rumah sakit yang biasa tercium di rumah sakit umum, tetapi kadarnya di sana lebih pekat. Setelah sapaan hangat dari wewangian bangunan tua itu, para pengunjung dapat menyusuri sejarah penyembuhan penyakit yang tersaji dengan metode klenik dan modern.

"Lalu, pengunjung bisa melihat beragam foto dan dokumentasi yang berasal dari berbagai pelosok daerah di nusantara," ujarnya.

Saat melangkah lebih dalam, ia menceritakan, tampak sejumlah peralatan medis pada tempo dulu yang dipajang apik di beberapa lemari kaca.

"Ada alat pengukur kelainan mata, alat aborsi yang dilengkapi data tahun pembuatan, dan teknik penggunaannya," paparnya.

Dari sejumlah koleksi di sana, ia menyebutkan, benda yang banyak menarik perhatian pengunjung adalah alat rangsang seksual. 

Koleksinya berupa penis buatan lengkap dengan ekor kuda yang memiliki mitos meningkatkan gairah seksual pria maupun perangsang seksualitas perempuan dan adapula celana antipemerkosaan (celana gembok).

Selain itu, museum ini juga menyajikan peralatan pendukung aktivitas petugas kesehatan yang pernah dipakai menjelajah di daerah terpencil.

Kendaraan tersebut, ada sepeda kumbang buatan awal abad 20 dan sepeda motor buatan luar negeri bermerek Jawa yang pernah menyusuri jalanan di Kota Pahlawan, SUrabaya dan Kota Gudeg, Yogyakarta.

Sementara, saat tiba di sudut ruang medis tradisional terlihat berbagai alat yang dikenal sebagai alat santet. Adapula kurungan ayam yang dipercaya bisa menyembuhkan penyakit buta senja dan peralatan spa tradisional.

Minim Wisatawan
Koleksinya, ulas dia, berasal dari berbagai daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan yang ada di Indonesia. Penyajiannya terbagi dalam tiga bagian besar di antaranya budaya, sejarah dan ilmu pengetahuan. Museum ini juga dilengkapi dengan perpustakaan khusus.

"Untuk mempelajari beragam pengetahuan di sana, tiket masuknya tidak akan membebani pengeluaran wisatawan asing dan domestik atau cukup Rp1.500,00 per orang maka berbagai peninggalan sejarah kesehatan di Indonesia bisa dipelajari," tuturnya.

Menanggapi situasi tersebut, seorang pengunjung asal Surabaya, Maria Ulfa, mengaku tercengang tatkala menyaksikan dokumentasi pengambilan kanker mulut rahim dengan ilmu gaib yang diawetkan dan diletakkan di dalam toples berukuran sedang.

"Saya semakin kaget ketika mengetahui wujud jenglot yang tertata rapi di dalam lemari kaca. Dulu saya tidak percaya sosok jenglot pada masa kini masih ada, setelah saya datang ke museum ini ternyata benar-benar ada," ucapnya.

Di sisi lain, pengunjung asal Sidoarjo, Irma Dhani, menyayangkan, mengapa ragam koleksi yang potensial di museum ini belum mampu menarik banyak wisatawan baik domestik maupun asing.

"Padahal, di sini ratusan koleksi penambah wawasan di dunia medis dan ada warisan budaya nenek moyang seperti boneka pemanggil arwah jaelangkung dan nini towok," paparnya.

Terkait minimnya minat wisatawan ke Museum Kesehatan, Penasehat Surabaya Tourism Promotion Board (STPB), Yusak Anshori, mengemukakan, dipengaruhi beberapa faktor seperti kurangnya promosi dan akses untuk mengunjunginya.

"Memang, ada beberapa museum di Surabaya masih kurang akrab atau asing dengan calon pengunjung termasuk Museum Kesehatan. Padahal, wisata museum menjadi salah satu titik tekan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata pada tahun ini seiring pencanangan Tahun Kunjungan Museum 2010," katanya.

Walau Jawa Timur termasuk satu dari 15 provinsi yang ikut berpartisipasi dalam program Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata itu, ia menilai, titik lemah kunjungan wisata museum, misalnya, akses masuk yang kurang sesuai, sehingga para wisatawan ikut dibingungkan saat hendak melihat sejumlah koleksinya.

"Di lain pihak, wisata belanja memiliki banyak peminat karena katalog barang yang ditawarkan di pusat perbelanjaan (mal) mudah didapatkan. Kalau wisata museum,justru minim promosi meskipun tiket masuknya terjangkau," katanya.

Untuk itu, ia menyarankan, pengelola museum ada pembicaraan lebih lanjut dengan pemerintah kota supaya wisatawan yang ingin berkunjung ke museum manapun dan kapan pun bisa lebih mudah.

"Permasalahan selanjutnya, terkait minimnya kunjungan ke museum kurangnya informasi yang disebarkan kepada masyarakat khususnya keberadaan museum bersangkutan," tuturnya.

Mantan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Timur, Djoni Irianto membenarkan, kurangnya informasi dan akses mengakibatkan angka kunjungan ke museum di Indonesia tergolong rendah. 

Selain itu, mungkin pesona masa kini lebih menarik perhatian para wisatawan atau bisa saja ada objek wisata lain yang gencar berpromosi.

"Di samping itu, peranan sejarah dengan masa sekarang selalu berkaitan satu sama lain," katanya.

Ia menyarankan, minimnya promosi dan akses ke museum segera disikapi oleh pemerintah kota, sehingga angka kunjungan museum bisa ditingkatkan.

"Apabila Mei 2010 menjadi Tahun Kunjungan Museum seharusnya, momen tersebut benar-benar menjadikan museum sebagai tujuan berwisata artinya tidak hanya fokus mengembangkan wisata pemandangan alam dan seni budaya," ujarnya.


Menilik Museum Kesehatan dr Adhyatma
Situs Museum
Di lain pihak, masyarakat pecinta produk teknologi informasi pasti erat dengan pesona dunia maya yang menawarkan jutaan informasi dan hiburan. Kini, canggihnya sistem itu layak terpilih menjadi sarana mempromosikan museum seperti situs www.wisatamuseum.com.

"Ketika mengunjungi situs tersebut penggemar wisata tempo dulu dapat memenuhi hasratnya memperoleh informasi apa pun tentang museum," kata Manajer House of Sampoerna/HoS dan pencetus ide peluncuran situs museum, Ina Silas.

Sayangnya, imbuh dia, hingga kini baru tujuh profil museum yang mengisi situs yang diresmikan Sabtu (27/3) tersebut antara lain House of Danar Hadi Surakarta, House of Sampoerna Surabaya, Museum Bank Mandiri Jakarta, Museum Geologi Bandung, Museum Nasional Jakarta, Museum Sejarah Jakarta, dan Museum Perjuangan 10 November Surabaya.

"Kehadiran situs itu, dapat melengkapi Tahun Kunjung Museum 2010. Bahkan, seharusnya museum tidak hanya sebagai tempat pembelajaran tetapi sarana rekreasi keluarga," paparnya menjelaskan.

Ia berharap, situs tersebut menjadi referensi para wisatawan domestik maupun asing sebelum mendatangi museum secara fisik. Apalagi, secara nasional ada lebih dari 170 museum dan memiliki potensi daya tarik wisata.

"Untungnya, peluncuran situs tersebut didukung beberapa pemangku kepentingan dalam menyiapkan berbagai agenda kegiatan museum lain. Salah satunya, pembuatan Surabaya 'Heritage Map' dan museum tur," katanya.

Mengenai keberadaan museum, lanjut dia, sangat penting pada kehidupan mendatang. Di sisi lain, sejarah kehidupan tidak akan lengkap kalau hanya dibaca dari kumpulan kertas dan dokumentasi yang dibukukan.

"Generasi muda mempunyai hak untuk meraba sejarah dari benda peninggalan yang ada," ujarnya mengingatkan. Sumber

Menikmati Suroan di Muncar

Menikmati Suroan di MuncarBagi nelayan di Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi, tradisi petik laut menjadi gawe besar yang tidak boleh dilewatkan. Ritual tahunan yang digelar setiap tanggal 15 Suro dalam kalender Jawa atau bulan Muharam ini, telah menjadi tradisi turun-temurun sejak ratusan tahun silam.

Bukan hanya petani yang biasanya melaksanakan tradisi sedekah bumi, nelayan juga menggelar ritual untuk memohon berkah rezeki dan keselamatan. 

Pelaksanaan kegiatan petik laut setiap tahun selalu berubah karena didasarkan penanggalan Komariah dan kesepakatan pihak nelayan. Namun, biasanya digelar saat bulan purnama, karena saat itu air laut sedang pasang dan nelayan tidak melaut.

Tradisi petik laut tidak hanya menjadi komoditas nelayan dan warga Kecamatan Muncar, tapi telah menyedot perhatian masyarakat Banyuwangi dan luar daerah. Tidak heran jika acara itu digelar, puluhan ribu warga tumplek blek di Muncar, yang berada di Laut Selatan (Samudra Hindia).

Masyarakat tidak sekedar menyaksikan sejumlah hiburan kesenian daerah yang ditampilkan pada kegiatan tersebut, mereka juga berkesempatan mengikuti ritual hingga ke tengah laut untuk melarung sesajian dengan menaiki perahu dan kapal nelayan.

"Hampir setiap tahun saya dan keluarga selalu ke Muncar untuk mengikuti ritual ini," kata Suyitno, warga Kota Banyuwangi yang rela menempuh jarak sekitar 35 km menuju Muncar, dari Surabaya arah tenggara sekitar 188 km. 

Salah satu tokoh masyarakat Muncar, Hasnan Singodimayan menuturkan tradisi petik laut sudah berjalan sejak lebih dari satu abad silam, dan selalu dilaksanakan setiap bulan Suro atau Muharam.

"Dulu hanya masyarakat sekitar Muncar yang datang, tapi sekarang dari luar Banyuwangi juga ikut hadir menyaksikan tradisi ini," paparnya.

Ritual petik laut berkembang setelah kehadiran warga Madura yang terkenal sebagai pelaut di Kecamatan Muncar sejak ratusan tahun silam. Karena itu, tidak mengherankan jika ornamen khas suku Madura banyak mewarnai kegiatan ini.

Pakaian Sakera (baju khas Madura), baju hitam dan senjata clurit yang menjadi simbol kebesaran warga Madura, menjadi pemandangan khas selama ritual berlangsung.

Warga berbaju Sakera menjadi pengaman jalannya ritual, seperti mengawal sesaji yang akan dilarung hingga mengatur warga yang ingin berebut naik perahu. 

Acara dimulai dengan menyiapkan perahu kecil yang dihias secantik mungkin dan diisi berbagai jenis hasil bumi (pertanian) dan laut. Setelah dilakukan doa bersama, perahu sesajen itu kemudian dibawa dengan kapal besar menuju Semenanjung Sembulungan yang berjarak tempuh sekitar satu jam dari tepi dermaga, untuk dilarungkan (dilepas).

Sebelum dilarungkan, sesajian itu diarak menggunakan dokar menuju pantai dan sepanjang perjalanan ada iring-iringan penari Gandrung dan bunyi-bunyian gamelan.

Sebelum diberangkatkan, kepala daerah (Bupati Banyuwangi) diwajibkan memasang pancing emas di lidah kepala kambing, sebagai simbol permohonan nelayan supaya diberi hasil ikan melimpah.

Begitu perahu sesaji tenggelam, para nelayan berebut menceburkan diri ke laut untuk mendapatkan sesajen tersebut.

"Kami percaya, sesajen dan air laut bisa menjadi pembersih malapetaka ketika melaut," ujar beberapa nelayan.

Selesai larung sesaji, kegiatan dilanjutkan menuju Pantai Sembulungan, tempat Makam Sayid Yusuf yang diyakini sebagai orang pertama yang membuka daerah tersebut. 

Yang menarik dari kegiatan ini, ritual petik laut wajib menghadirkan dua penari Gandrung yang masih perawan. Memilih penari Gandrung (tarian khas Banyuwangi) yang berani ikut ke tengah laut dan mendampingi sesaji tidak gampang dan melalui seleksi khusus. 

Kendati terkesan sebagai sebuah rutinitas tahunan, tradisi petik laut tetap menyimpan pesona dan kekhasan tersendiri dari sebuah budaya masyarakat Banyuwangi, Kabupaten terluas dan paling timur Jatim.

Pemerintah Kabupaten Banyuwangi juga mulai membuka mata dan tidak ingin membiarkan petik laut hanya sekadar ritual tahunan dan berkeinginan menjadikan tradisi itu sebagai budaya nasional.

"Kegiatan ini harus terus dilestarikan sampai kapan pun. Ke depan, penataan dan kemasannya harus lebih baik, supaya menjadi lebih menarik bagi wisatawan," kata Bupati Banyuwangi, Ratna Ani Lestari.

Muncar adalah salah satu pangkalan pendaratan ikan terbesar di Indonesia dan wilayah industri di Banyuwangi. Kawasan ini dilengkapi berbagai fasilitas pendukung, seperti pabrik pengalengan ikan, pakan ternak, industri minyak ikan, tepung ikan, dan "Cold storage". Sumber

Menikmati Indahnya Alam Hutan Bambu Lumajang

Menikmati Indahnya Alam Hutan Bambu LumajangLumajang - Semua orang tentu sudah mengetahui bahwa Gunung Semeru memiliki keindahan memukau, gunung tersebut merupakan salah satu gunung aktif yang terletak pada ketinggian 3.676 meter dari permukaan laut dan merupakan gunung api tertinggi di Pulau Jawa.

Namun, tidak banyak orang yang tahu kalau di lereng Gunung Semeru terdapat salah satu obyek wisata yang asri dan alami dengan rerimbunan ribuan batang bambu berbagai jenis, yakni obyek wisata Hutan Bambu yang terletak di Desa Sumbermujur, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang.

Lokasi Hutan Bambu sekitar 30 kilometer dari kota Lumajang dan perjalanan sekitar 1 jam ke arah selatan melewati Kecamatan Tempeh, kemudian Kecamatan Pasirian dan masuk ke Kecamatan Candipuro.

Pelestari Hutan Bambu Lumajang, Hery Gunawan, mengatakan, hutan bambu merupakan tiang penyangga sumber air di sekitar lereng Gunung Semeru yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat.

"Dulu, hutan bambu banyak dijarah oleh warga sekitar karena bambunya digunakan untuk membuat kerajinan anyaman bambu, sehingga debit air di lereng Semeru semakin berkurang," ungkap aktivis lingkungan di Lumajang ini.

Menurut Hery, mata air "Sumber Deling" di Hutan Bambu merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat di lereng Gunung Semeru, sehingga Hutan Bambu harus dilestarikan dan dijaga oleh semua pihak.

"Saya ingin menjadikan Hutan Bambu sebagai salah satu obyek wisata alam yang dapat menarik wisatawan domestik dan mancanegara," kata pria yang pernah mendapatkan penghargaan Kalpataru pada tahun 2002.

Menurut Hery, Hutan Bambu bisa menjadi obyek wisata berwawasan lingkungan (agrowisata) yang banyak dikunjungi wisatawan, namun untuk mewujudkan impian itu tidak semudah membalik telapak tangan.

Obyek wisata tersebut, sangat cocok untuk wisata keluarga dan pecinta lingkungan serta bisa dijadikan wisata pendidikan, karena terdapat banyak hamparan pohon bambu yang luas dan beberapa jenis satwa.

"Di Hutan Bambu terdapat ratusan kera dan kelelawar, namun mereka tidak mengganggu pengunjung yang sedang menikmati asrinya obyek wisata itu," tuturnya.

Yang membedakan hutan bambu dengan hutan-hutan lain di lereng Semeru adalah vegetasi yang tumbuh di sekeliling mata air sumber deling yang tidak lain adalah pepohonan bambu seluas 9 hektare (ha).

Puluhan jenis bambu tumbuh subur di sana di antaranya jenis apus, jajang, petung, rampal dan ampel. Selain itu, puluhan jenis tanaman keras yang berumur ratusan tahun tumbuh di sana.

"Seluruh tanaman di Hutan Bambu tetap terjaga dan terpelihara karena kepedulian masyarakat sekitar untuk melestarikan mata air sumber deling dan mewariskannya kelak bagi generasi yang akan datang," ucap Hery.

Panorama di Hutan Bambu makin terasa keindahannya saat pagi hari. Hawa sejuk, sinar matahari yang menerobos masuk di sela-sela batang dan dedaunan bambu, membuat keelokan alam yang sangat indah.

Saat ini, kata Hery, beberapa fasilitas pelengkap obyek wisata Hutan Bambu sedang dalam proses pembangunan, berupa gapura masuk, irigasi dan tangkis jalan untuk mencegah erosi.

Beberapa gazebo dan kolam renang anak juga tersedia, sehingga pengunjung bisa menikmati air yang jernih di kawasan obyek wisata Hutan Bambu Lumajang.

Untuk masuk kawasan wisata Hutan Bambu, pengunjung tidak dipungut biaya atau tiket masuk pada hari kerja, sedangkan pada hari Mingggu dan hari libur, pengunjung diimbau membayar Rp2 ribu untuk sumbangan pembangunan masjid di desa setempat.

Ritual 1 Muharam

Hutan Bambu Lumajang

Hutan Bambu menjadi salah satu saksi ritual yang digelar oleh warga lereng Semeru, sehingga tradisi itu juga merupakan daya tarik untuk potensi wisata di "Kota Pisang" tersebut.

Setiap 1 Muharam, ratusan warga lereng Semeru membawa sesaji yang berisi tumpeng nasi kuning, hasil perkebunan, hasil pertanian dan seekor kepala sapi yang diarak dari balai Desa Sumbermujur menuju sumber mata air di Hutan Bambu tersebut.

Ritual "Larung Pendem Sesaji" tersebut, dilakukan warga desa Sumbermujur untuk keselamatan warga Lumajang khususnya di lereng Gunung Semeru.

"Dengan ritual 1 Muharam yang digelar di Hutan Bambu diharapkan sumber mata air di lereng Semeru tetap mengalir," paparnya.

Ia menjelaskan, menanam kepala sapi di atas sumber mata air di Hutan Bambu tersebut, dipercaya menjadi sumber kehidupan warga sekitar lereng Semeru.

Untuk menuju ke lokasi Hutan Bambu, anda dapat turun di Terminal Menak Koncar Lumajang, diteruskan dengan naik bus jurusan Malang yang lewat Dampit, kemudian turun di Pasar Candipuro. Setelah sampai di Pasar Candipuro, anda bisa naik ojek menuju ke lokasi wisata Hutan Bambu.

Bagi anda yang berkunjung ke Kabupaten Lumajang, obyek wisata Hutan Bambu merupakan salah satu tempat yang harus anda kunjungi karena suasananya yang sejuk dan alami. Sumber

Asyiknya Bermain di "Water Park" Lumajang

Asyiknya Bermain di Lumajang - Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, memiliki sebanyak 65 obyek wisata yang tersebar di 21 kecamatan, baik obyek wisata alam maupun obyek wisata buatan.

Salah satunya adalah obyek wisata "Water Park" (taman air) Lumajang yang sangat digemari oleh masyarakat setempat, untuk menghabiskan waktu liburan bersama keluarga di sana.

Lokasi obyek wisata buatan itu tidak terlalu jauh dari pusat kota Lumajang dan lokasinya sangat mudah dijangkau. Kolam renang dewasa dan anak-anak terbaru di kota pisang tersebut terletak di Kawasan Wonorejo Terpadu (KWT), Desa Wonorejo, Kecamatan Kedungjajang.

Jarak tempuh dari kota Lumajang sekitar 7 kilometer (km) ke arah utara atau sekitar 15 menit, dengan segala macam kendaraan anda bisa menuju ke lokasi wisata tersebut, karena akses jalan menuju obyek wisata Water Park Lumajang cukup mudah dan berdekatan dengan terminal Menak Koncar Lumajang.

Kepala Kantor Pariwisata, Seni dan Budaya Lumajang, Hendro Iswahyudi mengatakan, obyek wisata Water Park merupakan obyek wisata yang memberikan kontribusi paling banyak dibandingkan obyek wisata lainnya di Lumajang.

"Dua obyek wisata yang memberikan kontribusi terbanyak pada pendapatan asli daerah (PAD) adalah Water Park dan Selokambang. Rata-rata PAD wisata Lumajang sekitar Rp1,3 miliar, setiap tahun" paparnya.

KWT Lumajang yang dibangun sejak 2001 itu diperkirakan menghabiskan dana sebesar Rp18 miliar dengan harapan ke depan nantinya KWT akan menjadi kawasan wisata dan bisnis yang bisa menunjang perekonomian masyarakat Lumajang.

"Kami berharap, masyarakat Lumajang dan luar kabupaten bisa menghabiskan liburan bersama keluarga di Water Park yang terletak di KWT Lumajang," ujarnya.

Pembangunan KWT, kata Hendro, dianggap penting karena lokasi tersebut merupakan pintu masuk Lumajang yang sangat strategis, sehingga wisatawan yang hendak menuju ke kota pisang dapat mampir ke KWT.

"Dengan adanya KWT, sektor ekonomi diharapkan berkembang pesat seperti kawasan wisata, pemukiman, perdagangan, industri dan fasilitas sosial lainnya yang menunjang Lumajang sebagai kota wisata nantinya," ucapnya berharap.

Dengan menempati areal seluas 7 hektare, KWT telah dilengkapi dengan berbagai fasilitas wisata, pelayanan umum, pendidikan dan pelatihan, penelitian, informasi, serta perekonomian.

Beberapa fasilitas nyata yang terdapat di kawasan tersebut antara lain adalah perkantoran, "green house", kios agro, tempat istirahat (rest area), gudang rabat, restoran, kantor informasi, areal permainan anak, dan sarana ibadah.

Water Park yang terletak di KWT diharapkan menjadi salah satu ikon wisata di Kabupaten Lumajang karena obyek wisata tersebut menjadi primadona masyarakat setempat.

Rekreasi Sambil Olahraga

Asyiknya Bermain di Water Park Lumajang

Pengunjung yang berlibur di Water Park tentu akan menghabiskan waktunya untuk berenang dan bermain dengan sejumlah sarana yang ada, sehingga secara tidak langsung wisatawan berolahraga dengan sarana air.

Berenang adalah satu olahraga air yang sangat populer bahkan sangat digemari oleh siapapun karena gerakannya melibatkan hampir semua otot tubuh, sehingga sangat bemanfaat bagi kesehatan dan menjaga tubuh tetap bugar.

Berenang atau sekadar bersantai di tepi kolam renang merupakan salah satu pilihan yang bisa dilakukan pengunjung di wisata Water Park Lumajang, sehingga dua manfaat sekaligus bisa didapat pengunjung yakni rekreasi dan olahraga.

Berbagai permainan air yang sudah dilengkapi dengan arus air, sarana luncuran dan sarana lain yang menarik bagi semua kalangan anak-anak dan dewasa yang suka dengan air.

"Rencananya akan ada tambahan permainan air lainnya di Water Park Lumajang supaya masyarakat lebih menikmati liburan bersama keluarga di sana," paparnya.

Obyek wisata baru yang terletak di KWT tersebut menjanjikan kesehatan dan kebersihan air serta keindahan lokasinya yang merupakan lokasi yang srategis karena terletak pada jalur menghubungkan Kabupaten Probolinggo dan Jember.

Menurut Hendro, selain kolam renang, aktivitas lain yang dapat dinikmati oleh pengunjung adalah menikmati sarana kereta gantung, komedi putar serta fasilitas bom-bom car yang disediakan oleh pengelola Water Park.

"Banyak pengunjung yang dari luar Kabupaten Lumajang yang datang ke wisata Water Park di kawasan KWT Lumajang," tuturnya menambahkan.

Setelah bermain air, pengunjung dapat mengunjungi berbagai macam kedai juga terdapat di sekitar lokasi Water Park untuk menikmati makanan tradisional yang cukup lezat.

"Anda juga bisa membeli oleh-oleh khas Lumajang seperti keripik pisang yang sangat renyah dan enak di sekitar lokasi Water Park," ujarnya.

Obyek wisata permainan air tersebut ditunjang areal parkir yang cukup luas dan representatif, sehingga pengunjung yang membawa kendaraan pribadi atau rombongan wisata yang menggunakan bus dapat memarkir kendaraannya di sana.

Para pengunjung dapat menikmati seluruh permainan yang pasti selalu basah karena berhubungan dengan air. Sensasi luar biasa dapat dirasakan wisatawan dengan menikmati seluruh permainan air di sana.

Bagi anda yang ingin menghabiskan liburan bersama keluarga, dapat mencoba berkunjung ke Water Park Lumajang karena kesempatan bermain air bersama keluarga pasti menyenangkan. Sumber

Kahyangan Api Bojonegoro Elok di Malam Hari

Kahyangan Api Bojonegoro Elok di Malam HariBojonegoro - Menikmati obyek wisata alam api abadi kahyangan api di Desa Sendangharjo, Kecamatan Ngasem, Bojonegoro, Jatim, tidak hanya dilakukan pengunjung pada siang hari.

Bagi sebagian wisatawan domestik yang datang dari berbagai daerah di Jawa Timur dan Jateng, lebih senang datang pada malam hari, hingga dini hari.

"Mereka yang datang malam hari keperluannya macam-macam, ada yang sekedar istirahat melihat api, tirakatan, ada juga yang menggelar ritual," kata petugas obyek wisata kahyangan api dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Bojonegoro, Maidjan (44).

Dia mencontohkan, beberapa waktu yang lalu, ada puluhan warga asal Trenggalek yang datang dengan bus ke obyek wisata setempat. Mereka mengaku beragama Budha datang dengan keperluan menggelar ritual di dekat lokasi api abadi yang berdiameter tiga meter itu.

"Setelah saya tanya mereka mengaku datang untuk menggelar ritual," timpal penjaga kahyangan api, Ichsan (67) menambahkan.

Mengunjungi obyek wisata kahyangan api pada malam hari, memang memiliki nuansa tersendiri. Para pengunjung, bisa menikmati keindahan dan keelokan jilatan lidah api yang membiru dan memerah.

Semburan api tersebut, keluar dari dalam tanah yang bercampur batu dengan ketinggian yang berbeda-beda, mulai 0,20 cm hingga satu meter. Pada siang hari, jilatan api di gundukan batu yang diberi pembatas lingkaran tembok tersebut, nyaris sulit dilihat, apalagi dari kejauhan. 

Namun, kalau pengunjung mendekat akan merasakan panas cukup menyengat dan mencium bau belerang. Sebagaimana dituturkan Ichsan, jumlah pengunjung yang datang pada malam hari, terbanyak pada malam Jumat pahing.

Di setiap Jumat pahing, pengunjung yang datang baik dari lokal Bojonegoro, juga daerah lainnya bisa mencapai lebih dari 50 orang.

Mereka semalaman begadang di obyek wisata setempat dengan keperluan "ngalap" berkah. Sebagian di antaranya ada yang menggelar selamatan tumpeng di lingkungan setempat.

"Kepentingannya macam-macam," kata juru kunci kahyangan api, Djuri (43) enggan menjelaskan lebih rinci.


Kahyangan Api Bojonegoro Elok di Malam Hari
Kerajaan Majapahit
Kepercayaan warga selama ini, Jumat pahing merupakan hari Mpu Kriyo Kusuma atau Mpu Supo yang hidup di era Kerajaan Majapahit menempati atau memanfaatkan api abadi tersebut, untuk berbagai macam keperluan.

Di antaranya, membuat berbagai macam senjata, termasuk keris sekaligus melakukan tapa brata. Tidak jauh dari api yang pernah dimanfaatkan untuk pengambilan api PON pada tahun 2.000 itu, ditemukan tumpukan batu bata yang diperkirakan dibuat pada jaman Majapahit.

Pada tanggal 23 Oktober, lokasi obyek setempat, juga dimanfaatkan untuk pengambilan api, dalam rangka HUT Kabupaten Bojonegoro. "Temuan batu bata belum diambil dan diamankan dengan pagar, biasa ditempati menyepi pengunjung pada malam hari," tuturnya.

Sebagaimana diungkapkan Maidjan, obyek wisata setempat, pengunjungnya terbanyak pada hari Minggu atau hari libur. Diperkirakan, pada liburan atau Minggu pengunjung bisa mencapai 300-400 wisdom yang datang dari Madiun, Nganjuk, Yogyakarta, Ngawi, selain lokal Bojonegoro dan sekitarnya.

Dengan harga karcis Rp1.500,00 per orang, pengunjung bisa menikmati keelokan api abadi, melihat air mendidih (blekutuk) dan menikmati sejuknya udara di lokasi wisata seluas empat hektare yang kanan kirinya dipenuhi pohon jati.

Pemeritah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro mulai melakukan pembenahan obyek wisata setempat pada tahun 1999 lalu. Baik dengan membangun pendopo tempat beristirahat, Mushala, dan membangun gapura di pintu masuk, termasuk membangun tembok persis di lingkungan api bergaya arsitektur kuno.

Di samping itu, juga membangun tujuh bedak warung berbagai macam makanan melengkapi belasan warung yang sebelumnya sudah didirikan warga setempat. Semula lokasi setempat dilengkapi dengan tiga ular Phyton salah satunya sepajang enam meter.

Ular yang panjangnya enam meter, akhirnya mati, karena sakit. Satu ekor lainnya lepas masuk ke hutan, sedangkan yang satu lagi lepas ditemu warga tidak dikembalikan.

Mencapai lokasi obyek wisata setempat, tidaklah sulit bisa ditempuh dengan kendaraan umum angkudes dari terminal Kota Bojonegoro ke arah Kecamatan Ngasem, dengan karcis Rp5.000,00 per orang.

Hanya saja, pengunjung yang datang dengan kendaraan umum, harus berjalan kaki, karena untuk menuju lokasi, masih sejauh satu kilometer dari jalan raya Ngasem - Dander, tempat angkudes menurunkan penumpang.

"Kebanyakan pengunjung yang datang ke sini membawa kendaraan sendiri,"kata Maidjan. Sumber

Menikmati Peninggalan Kerajaan Madura

Menikmati Peninggalan Kerajaan MaduraSumenep - Mengunjungi Keraton Sumenep, Madura, Jawa Timur, akan membawa terawangan ke masa lalu. Saat ini, bangunan utama Keraton Sumenep yang terdiri atas dua lantai itu menjadi bagian dari rumah dinas bupati setempat.

Namun, peninggalan masa silam tersebut masih terawat dengan baik dan menjadi salah satu obyek wisata andalan Sumenep yang setiap hari dipastikan ada orang yang mengunjunginya.

Saat ini, bangunan utama Keraton Sumenep yang dibangun pada tahun 1792 itu tidak ditempati, karena bupati dan keluarganya tinggal di rumah dinas yang posisinya di sebelah utara bangunan keraton. Rumah dinas bupati dan keraton memang masih satu lokasi.

Kesan sakral juga akan terasa ketika berada di dalam bangunan utama Keraton Sumenep yang tersambung dengan Pendapa Agung yang merupakan pusat kegiatan raja dan hingga sekarang dijadikan tempat acara kedinasan bupati, seperti menyambut tamu penting dan serah terima jabatan pemerintahan.

Biasanya, ketika ada tamu penting seperti pejabat setingkat menteri atau pun rombongan wisatawan asing, staf yang menjaga Keraton Sumenep membakar kemenyan. 

Selain pendapa agung, di kawasan Keraton Sumenep juga terdapat sejumlah bangunan lainnya yang merupakan peninggalan sejarah, dan saat ini menjadi museum daerah yang menyimpan sejumlah barang-barang peninggalan raja-raja Sumenep.

Bangunan lain dari Keraton Sumenep itu adalah "Taman Sare" yang merupakan tempat pemandian putri raja dan "Labang Mesem" yang merupakan pintu gerbang menuju keraton.

"Saat ini, semua bangunan yang berada di kawasan keraton menjadi obyek wisata unggulan bagi Sumenep," kata Kepala Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga (Disbudparpora) Sumenep, M. Nasir.

Ia menjelaskan, pihaknya menyediakan lima staf yang ditugaskan khusus untuk mendampingi pengunjung dan memberikan penjelasan secara rinci tentang Keraton Sumenep.

"Staf kami tersebut punya kemampuan berbahasa Inggris, karena pengunjung Keraton Sumenep tidak hanya berasal dari Indonesia, melainkan juga wisatawan asing," ucapnya menuturkan.

Dari Jalan Sutomo, Keraton Sumenep terhalang oleh bangunan yang dibuat oleh pemerintah Belanda pada tahun 1931 dan sekarang menjadi kantor Disbudparpora.

Konon, bangunan tersebut berfungsi untuk melindungi Keraton Sumenep sekaligus mencegah orang umum (bukan kerabat raja) masuk dengan bebas ke keraton.

Museum

Peninggalan Kerajaan Madura

Saat ini, tiga bangunan yang merupakan bagian Keraton Sumenep menjadi museum. Satu bangunan berada di luar kawasan keraton dan dua berada di area dalam keraton.

Bangunan yang berada di luar keraton, dulu adalah garasi kereta kencana para raja. Di bangunan tersebut yang sekarang menjadi museum I itu menyimpan kereta kencana pemberian Kerajaan Inggris, kursi pertemuan, dan tempat tidur raja.


Kemudian, kantor "Koneng" yang merupakan bekas kantor raja dan bangunan menyerupai rumah tinggal yang konon menjadi tempat raja untuk menyepi (meditasi).

Saat ini, kantor "Koneng" menjadi museum II yang salah satu koleksinya adalah pakaian kebesaran raja Sumenep dan rumah yang berada di sebelah utara kantor "Koneng" menjadi museum III yang salah satu koleksinya adalah Al Quran tulisan tangan raja Sumenep, Sultan Abdurrahman.

"Kami terus berusaha merawat semua koleksi yang disimpan di museum yang merupakan benda peninggalan sejarah Sumenep, supaya bisa dilihat sepanjang masa," papar Nasir.

Beberapa waktu lalu, keberadaan koleksi museum III yang salah satunya adalah pakaian kebesaran raja Sumenep mendapat kritik dari Direktur Museum Direktorat Sejarah dan Purbakala Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, Intan Mardiana.

Saat itu, Intan terkejut dengan tempat penyimpanan pakaian kebesaran raja Sumenep tersebut yang dinilainya kurang representatif, karena hanya dilipat dan diletakkan di lemari di ruangan yang agak lembab.

Mudah dan Murah
Peninggalan Kerajaan Madura

Keraton Sumenep berada di tengah Kota, tepatnya di Jalan Soetomo atau lebih mudahnya berada di sebelah timur Taman Adipura atau Taman Bunga.

Di sebelah barat Taman Bunga berdiri Masjid Agung Sumenep yang dibangun pada tahun 1779. Biasanya, pengunjung akan mengunjungi Keraton dan Masjid Agung secara bergiliran, karena jaraknya dekat, sekitar 200 meter.

Calon pengunjung Keraton Sumenep akan disarankan ke museum I lebih dulu. Harga tiket masuk ke Keraton Sumenep, sangat murah, hanya Rp1.000,00 bagi pengunjung dewasa dan Rp500,00 bagi anak-anak.

Saat itu, pengunjung dari luar daerah akan ditemui oleh staf Disbudparpora Sumenep yang siaga di museum I dan langsung akan mengantarkan sekaligus menjelaskan secara rinci bangunan-bangunan yang ada di kawasan keraton.

"Namun, ada pula pengunjung yang hanya ingin melihat-lihat kawasan keraton dan tidak minta penjelasan dari staf. Pengunjung yang hanya ingin melihat-lihat biasanya adalah rombongan siswa dari sekolah di Madura," kata Nasir.

Sementara pengunjung dewasa dari luar daerah, apalagi wisatawan asing, biasanya langsung meminta staf Disbudparpora menjelaskan semua hal yang terkait dengan Keraton Sumenep.

"Staf kami siap bertugas untuk melayani pengunjung Keraton Sumenep hingga malam hari. Ini sebagai antisipasi ada kunjungan pada malam hari," kata Nasir menambahkan.

Bagi calon pengunjung yang naik bus dari Surabaya-Sumenep (175 km timur laut) dan turun di Terminal Aryawiraraja, bisa langsung naik becak ke Keraton Sumenep atau ke Masjid Agung.

Sementara bagi calon pengunjung yang menggunakan mobil sendiri, silakan langsung ke pusat kota dan dipastikan tidak sulit untuk mencari Masjid Agung. Sumber

Subscribe via email

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Followers

Leave a Message In Here

Book Store


Masukkan Code ini K1-7Y291Y-B
untuk berbelanja di KutuKutuBuku.com

Archives

  © Blogger template 'The Lake' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP