Gabung dan hasilkan uang dengan memasang iklan di kumpulblogger.com
Share |

Tuesday, February 8, 2011

Peternak Sapi Perah di Lereng Merapi Mengeluh


 Nyawa selamat, namun mata pencaharian mereka sekarang terkendala sejak Merapi meletus


VIVAnews - Setelah kembali dari pengungsian, warga di sekitar lereng Merapi kini mengeluhkan mata pencaharian mereka. Para peternak sapi perah misalnya, mengeluh kekurangan air minum untuk sapi.

Sokimun, Kepala Dusun Boyong, Hargobinangun, Cangkringan, sekaligus Ketua Usaha Peternakan dan Pemerahan (UPP) Ternak Kaliurang, Sleman, Yogyakarta, menyatakan setelah kembali dari tempat pengungsian ke rumah masing-masing, peternak banyak mengalami persoalan tentang ternak. Salah satunya air.

Biasanya, UPP Ternak Kaliurang menghabiskan 6.000 liter per hari sebelum erupsi Merapi. Sementara sekarang hanya terdapat 900 liter per hari.

Sarijani, Kepala Dusun Ngipiksari mengatakan, sebagai peternak bingung dan kerepotan mengurus sapi. "Setelah pulang dari pengungsian, kami kekurangan air dalam memenuhi kebutuhan sapi perah," katanya kepada VIVAnews, Selasa 25 Januari 2011.

"Kami berharap ada bantuan air bersih untuk kebutuhan minum dan untuk ternak. Saat ini kami buat talang air hujan yang ditampung guna memberi minum sapi. Biasanya kalau tidak ada air kita terpaksa membeli air. Satu tangki yang berisi 4.000 liter, seharga 100 ribu rupiah. Untuk sapi hanya cukup untuk seminggu," katanya.

Menurut Sarijani, kalau sapi kekurangan air akan bisa mengakibatkan sapi ambruk atau terjatuh dan juga mengurangi produktivitas susunya. Dua puluh persen dari air yang dikonsumsi sapi tersebut akan jadi susu.

Sementara Ketua Koperasi Wargamulya, Danang Iskandar, sangat mengharapkan perhatian pemerintah soal ini. "Kami berharap perekonomian kami segera pulih, serta usaha ternak sapi perah kami juga," katanya. (sj) vivanews.com

Petani Padi Sekitar Merapi Terancam Bangkrut


Aliran air tidak berfungsi karena bercampur dengan material vulkanik.
VIVAnews - Banjir lahar dingin lereng Gunung Merapi mengganggu sistem air bagi lahan pertanian yang menghampar di sekitar lereng. Aliran air tidak berfungsi karena bercampur dengan material vulkanik.

“Yang merasakan bukan saja petani di Sleman, namun petani di Bantul yang selama ini mengandalkan pasokan air dari selokan Mataram,” kata Widi Sutikno, Kepala Dinas Sumber Daya Air, Energi dan Mineral Kabupaten Sleman, DIY, Sabtu, 29 Januari 2011

Untungnya, lanjut Widi kesulitan air sementara ini sedikit tertolong oleh hujan yang sering turun belakangan ini. Tapi, Widi tidak dapat membayangkan kekeringan parah yang bakal terjadi bila musim kemarau tiba.

“Kami menghitung sekitar 19.900 hektar lahan pertanian yang ada di Bantul dan Sleman termasuk Yogyakarta akan kesulitan mendapatkan pasokan air untuk irigasi saat musim kemarau mendatang,” katanya.

Di Kabupaten Sleman saja tercatat sebanyak 62 bendungan rusak. Bendungan-bendungan ini berada di sepanjang sungai yang berhulu di Merapi.

Bendungan yang rusak memang akan segera diperbaiki pemerintah setempat. Tapi, tidak bisa dilakukan serentak agar cepat  menyelesaikan masalah. Dengan berbagai pertimbangan, pemerintah akan memperbaiki secara bertahap. Tahap pertama, yakni Bendungan  Pancuran Ringin, Sawahan, Samberembe, Sempu I, Lodenan, dan Widoro.

“Perbaikan belum bisa dilakukan (seluruhnya) karena terjangan lahar dingin masih berlangsung selama hujan deras, kami mengajukan dana sebesar Rp23 miliar untuk perbaikan pengairan,” kata Widi.

Riyadi Martoyo, Kepala Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Sleman, menambahkan para petani saat ini masih tertolong oleh hujan sehingga musim panen mendatang masih bisa dilakukan.

Yang jadi masalah ialah ketika musim kemarau nanti. Tapi, agar petani tidak terlalu sengsara, Riyadi menyarankan agar mereka mengganti padi menjadi tanaman sayuran dan palawija yang nilai jualnya juga tinggi. vivanews.com

Merapi Keluarkan Asap Tebal Lagi

Asap muncul sejak beberapa hari terakhir. Petugas juga sempat merasakan hujan abu.
VIVAnews - Setelah sempat 'tidur' pasca letusan Oktober 2010 lalu, Gunung Merapi kembali mengeluarkan asap sulvatara. Asap membumbung sejak beberapa hari terakhir. Hujan abu juga sempat dirasakan.

Namun Badan Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian Yogyakarta meminta warga tidak khawatir.

"Meski asap dan hujan abu sempat dirasakan petugas pengamatan Gunung Merapi, gunung itu belum akan mengeluarkan wedhus gembel," kata Kepala BPPTK Yogyakarta Sri Sumartini, Jumat 4 Februari 2011.

Seandainya aktivitas Merapi yang kini berstatus Waspada II semakin meningkat, Sri menambahkan, petugas posko akan memberikan informasi dini kepada BPPTK. Selanjutnya BPPTK akan memberikan rekomendasi kepada pemerintah agar mengambil tindakan tertentu.  "Jadi masyarakat tidak perlu panik" kata Sri Sumartini.
Terkait suara dentuman yang diisinyalir didengar warga dari arah Gunung Merapi, Sri Sumartini menegaskan suara itu tidak ada.  Petugas yang memantau aktivitas gunung itu juga tidak mendengar dan melapor soal suara keras itu. "Itu informasi yang salah sehingga masyarakat diharapkan selalu mengikuti rekomendasi dari BPPTK," katanya.

Pada erupsi akhir tahun lalu, korban tewas Merapi nyaris menyentuh 200 orang. Kebanyakan korban tewas akibat sapuan wedhus gembel atau awan panas. vivanews.com

1 Warga Terseret Aliran Banjir Lahar Dingin


"Korban ditemukan sudah menjadi mayat dengan kondisi muka sudah tidak dikenali." 


VIVAnews - Banjir lahar dingin paska letusan Gunung Merapi terus menerjang Yogyakarta. Hari ini, banjir lahar dingin membawa korban. Polisi menemukan mayat terdampar di Kali Krasak, sungai yang berhulu di Gunung Merapi. Diduga terkena banjir lahar dingin.

Kapolres Sleman AKBP Irwan Ramaini kepada VIVAnews.com, Jumat 4 Februari 2011, mengatakan, korban ditemukan sore hari sekitar pukul 16.30 di aliran sungai Kali Krasak, perbatasan Magelang dengan Sleman.

Irwan menjelaskan, korban yang diduga terseret arus kali Krasak, Dusun Mlesen, Pondok Rejo, Kecamatan Tempel, Sleman Yogyakarta, itu sudah dievakuasi. "Korban ditemukan sudah menjadi mayat dengan kondisi muka sudah tidak dikenali karena sudah hancur dan dalam keadaan tubuh yang tidak berpakaian," jelasnya.

Saat ini, lanjut Irwan, polisi masih mencari penyebab pasti kematian korban. "Saat ini sedang dalam proses identifikasi dan kita juga sedang mencari tahu keluarga korban," kata Irwan.

"Korban berjenis kelamin laki-laki dan diperkirakan berusia 35 tahun," tambah Irwan. Sementara itu saat ini, korban sudah dirujuk di RS. Sardjito Yogyakarta. vivanews.com

Pengunjung "Crop Circle" Berbah Berkurang

Sleman (ANTARA News) - Masyarakat yang ingin menyaksikan langsung crop circle di persawaan Dusun Rejosari, Desa Jogotirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Kamis, mulai berkurang. Sejak pagi hingga siang hanya bebarapa ratus orang saja yang datang.

"Memang hari ini pengunjung mulai berkurang jauh dan hanya ratusan saja sejak pagi hingga siang hari tadi, puncaknya pada Selasa (25/1) di mana pengunjung mencapai lebih dari 10.000 orang dalam sehari," kata koordinator pengelolaan parkir Desa Jogotirto, Bambang.

Bambang tidak mengetahui penyebab penurunan pengunjung ini, termasuk kaitannya dengan pernyataan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) yang menyebutkan crop circle tersebut buatan manusia.

"Bisa saja penurunan ini karena memang adanya pernyataan tersebut sehingga mengurangi rasa penasaran dan daya tarik masyarakat atau memang karena memang sudah tidak ada lagi masyarakat yang datang," katanya.

Sementara itu pintu masuk parkir yang semula dekat jalan kabupaten atau sekitar 500 meter dari lokasi, mulai hari ini sudah digeser dan hanya sekitar 100 meter dari lokasi.

Selain itu bukit Suru di sisi utara lokasi yang sebelumnya selalu dipadati masyarakat yang ingin melihat crop circledari atas, hari ini nampak lengang dan hanya beberapa orang yang berada di sana.

Masyarakat setempat yang berjualan di sekitar lokasi juga sudah berkurang dan hanya beberapa orang yang masih menjajakan makanan dan miunuman ringan.

Di sawah di mana crop circle berada terlihat garis batas polisi (police line) yang menggelilingi crop circle juga sudah dicopot dan hanya tali plastik yang dipasang warga setempat.

Sedangkan Tim Reskrim Polda Daerah Istimewa Yogyakarta juga menyelidiki lokasi crop circle dan mengambil foto atau gambar.

"Olah TKP ini untuk memastikan pola rebahan padi sehingga membentuk crop circle tersebut. Kami ambil beberapa foto hanya untuk memastikan saja, sebagai dokumentasi bagaimana pola rebahannya serta bagaimana pola daricrop circle sebagai barang bukti," kata anggota Tim Olah TKP Polda DIY AKP Giyono.

Menurutnya, untuk hasil lebih jauh akan didapatkan setelah ada penelitian lebih mendalam.

"Hasil bidikan kali ini akan dikomparasikan dengan simbol untuk mengetahui secara lebih dalam. Nanti akan kami olah lagi di kantor. Yang penting, kami tahu polanya dulu seperti apa," katanya. Sumber

Membaca "Crop Circle" dari Udara

Yogyakarta (ANTARA News) - Senin pukul 6.00 WIB, saya telah meluncur dari rumah menuju Dusun Jogo Tirto, Berbah, di mana crop circle yang mengebohkan Indonesia sejak hari Minggu ditemukan.

Tempat itu sebenarnya dekat dari rumah saya, tapi karena harus sana sini menanyai penduduk, waktu yang saya perlukan untuk mencapainya molor menjadi 20 menit.

Sepagi itu, tempat tersebut sudah dipenuhi pengunjung. Di depan jalan masuk, beberapa pemuda berjejer mengatur kendaraan pengunjung, sembari memberikan tiket parkir, persis tukang parkir saja.  Setiap sepeda motor dipungut Rp2000.

Saya segera memarkir motor untuk bergabung dengan pengunjung lain yang semuanya menampakkan wajah penasaran. Meski begitu, tempat sekitar crop circle itu berada, tetap lapang dan tak ada yang berdesakan. 

Di pojok jalan setapak menuju sawah di mana tepat crop circle berada, pedagang asongan menjajakan kue basah sederhana, sementara beberapa pemuda bersemangat menjual foto hasil jepretan Mas Dalis, putra pemilik sawah di mana crop circle tercipta. 

Tak bisa disangkal, fenomena unik di Berbah ini telah memutar roda ekonomi masyarakat, kendati untuk sesaat.

Saya jelas ke sana tidak untuk melihat-lihat saja.  Tujuan utama saya adalah bergabung dengan tim Teknik Geodesi UGM dan para pehobi aeromodelling yang akan memotret crop circle dari udara. 

Sekitar 8.00 WIB, lengkap sudah tim berkumpul. Operator aeromodelling adalah Mas Kopral, dibantu Mas Widi yang alumnus Teknik Geodesi UGM.  Namun, pakar dan aktivis pemotretan udara dari Teknik Geodesi UGM, Dr. Catur Aries Rokhmana tak tampak di lapangan. 

Jam 8 lebih sedikit, pesawat meluncur dikendalikan Mas Kopral lewat remote control. Dia sepertinya sangat piawai mengendalikan alat itu dan sepertinya yakin tak akan menghadapi kendala berarti.

Ceritanya gambar sudah diambil, namun karena harus mengikuti rapat kurikulum, saya mendahului tim dan menunggu hasilnya dengan harap-harap cemas. 

Lalu, ketika bertemu dengan Dr. Catur di kampus Teknik Geodesi UGM, berita cukup menarik --ah mungkin juga aneh-- tersaji ke mata dan telinga saya. 

Katanya, hasil pemotretan menunjukkan bahwa kamera gagal mengambil gambar tepat ketika berada di atas crop circle. 

Saya lalu tanyakan kepada tim di lapangan mengapa hal itu bisa terjadi. Tak seorang pun mampu menjawab dan menjelaskan keganjilan ini. 

Yang pasti, jika kamera rusak, maka tidak ada gambar yang bisa diambil. Faktanya, semua pengambilan gambar berjalan lancar, tapi itu tak berlaku ketika kamera tepat berada di atas crop circle.  Aneh sekali, kamera berhenti beroperasi begitu tepat berada di atas crop circle. 

Sampai tulisan ini dibuat, saya dan semua rekan tidak bisa memastikan apa penyebabnya. 

Sepertinya perlu penelitian lebih serius mengenai medan magnet dan kondisi gelombang yang ada di sana ketika pemotretan terjadi, untuk menjawab keganjilan itu.

Tapi karena urusan kami adalah hanya untuk mengetahui bentuk dan dimensi geometris crop circle, maka segala gangguan bersifat elektromagnetis terhadap proses pemotretan kami abaikan.  Itu karena dimensi itu tidak berada dalam perhatian kami dan tidak termasuk kegiatan pemotretan. 

Tim tidak berani berandai-andai atau menerka sebelum ada bukti yang bisa dijelaskan secara ilmiah. Lagi pula kapasitas kami tidak di situ.

Foto-foto yang dihasilkan dari pemotretan udara itu --tentu saja bukan yang tepat di atas crop circle karena kami memang tak mendapatkannya-- kemudian kami olah secara fotogrametris sehingga menghasilkan visualisasi dengan geometri cukup akurat. 

Bentuk circle crop di Berbah ini memang seperti yang telah dijelaskan sebelumnya oleh para pemerhati soal ini.

Karena akurat secara geometris, hasil gambar bisa digunakan untuk mengukur dimensi sebenarnya. Dan, karena pengolahannya melibatkan referensi bumi, maka koordinatnya pun bisa diketahui. 

Akibatnya, hasil foto udara ini bisa ditupangsusunkan (overlay) dengan citra satelit yang tersedia gratis pada Google Earth atau Google Maps. 

Singkatnya, foto udara ini menjadi semacam peta yang dengannya bisa diketahui posisi dan dimensi crop circleBerbah ini. 

Berdasarkan pengukuran foto udara itu, crop circle Berbah memiliki diameter 54 meter. Di sisi barat dan timurnya, terdapat dua lingkaran yang keduanya berjarak 67 meter.

Kami berusaha mendapatkan penjelasan mengenai rumor dan misteri di seputar pembuatan crop circle dari Dr. Catur Aries Rokhmana.  Namuan Ketua Laboratorium Fotogrametri dan Penginderaan Jauh Teknik Geodesi UGM ini enggan mengomentarinya.

Katanya, ketertarikan dan kapasitas tim Teknik Geodesi UGM adalah pada upaya menentukan bentuk dan dimensicrop circle secara akurat.  Soal misteri dan rumor bukan urusan tim. 

Dia juga menjelaskan, bentuk crop circle bisa dipetakan secara akurat dengan teknologi pemotretan udara yang dikembangkan Teknik Geodesi UGM. 

Saya sependapat dengannya bahwa metode ini memang sangat efektif, karena bentuk dan dimensi bentuk-bentuk di permukaan bumi bisa diketahui dengan cepat dan akurat. 

Dr. Rokhmana menyatakan, pemotretan udara ini bisa diaplikasikan dalam ragam dimensi, tidak sekadar urusancrop circle.  Dia mereferensikan www.potretudara.com untuk mengetahui apa-apa saja yang dikembangkan laboratoriumnya.

Saya sendiri menilai, siapapun yang membuat crop circle Berbah, maka pastilah mereka yang memiliki cita rasa seni tinggi dan memahami benar geometri dan matematika yang jelas bukan hal yang sederhana. 

Saya sepakat crop circle bisa dibuat manusia dan ini memang bisa dijelaskan dengan amat logis. 

Tapi, faktanya pada sebagian kecil crop circle logika tak bisa menjelaskannya. Saat bersamaan, selalu ada pihak yang menyukai misteri, seperti pada fenomena Segitiga Bermuda. 

Kendati berulangkali dijelaskan secara ilmiah, selalu saja ada penjelasan lain yang mengarahkan fenomena itu ke misteri.  Ini juga berlaku pada crop circle Berbah.

Untuk itu, kita masih memerlukan penjelasan lebih lanjut mengenai crop circle Berbah yang menghebohkan ini. Sumber (*)

Sultan: Pembuat "Crop Circle" Patut Diapresiasi

Yogyakarta (ANTARA News) - Orang yang mempunyai ide dan membuat "crop circle" atau potongan melingkar di Kabupaten Sleman dan Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, patut diapresiasi, kata Gubernur Sri Sultan Hamengku Buwono X.

"Perbuatan itu secara akademik merupakan sesuatu yang luar biasa, sehingga patut diapresiasi," katanya saat menerima kedatangan Gubernur Akademi Angkatan Udara (AAU) Marsekal Muda TNI Sru Astjarjo Andreas untuk berpamitan guna mengemban tugas baru, di Yogyakarta, Sabtu.

Menurut dia, orang yang mempunyai ide dan membuat "crop circle" di Dusun Rejosari, Desa Jogotirto, Kecamatan Berbah, Sleman, dan Dusun Wanujoyo, Desa Srimartani, Kecamatan Piyungan, Bantul, DIY, termasuk orang yang cerdas dan kreatif.

Dalam pertemuan tersebut, Sultan juga menyampaikan selamat atas promosi yang diterima Marsekal Muda TNI Sru Astjarjo Andreas sebagai Komandan Jenderal (Danjen) Akademi TNI.

"Saya senang jika ada pejabat yang pernah bertugas di Yogyakarta terus naik pangkat dan jabatan," kata Sultan yang kemudian memberikan buku `Keraton Yogyakarta` kepada Sru Astjarjo Andreas sebagai kenang-kenangan.

Sru Astjarjo Andreas mengatakan mulai 5 Februari 2011 dirinya akan pindah dari Yogyakarta untuk menempati pos yang baru di Jakarta. Pejabat yang digantikannya adalah Letnan Jenderal TNI (Mar) Nono Sampono.

"Nono telah mengemban tugas sebagai Danjen Akademi TNI selama lebih kurang tiga tahun sejak 12 Desember 2007. Nono selanjutnya menempati jabatan baru sebagai Kepala Badan SAR Nasional," katanya.

Ia mengatakan berterima kasih atas bimbingan, bantuan moril dan materiil selama menjabat Gubernur AAU, terutama ketika terjadi bencana erupsi Gunung Merapi.

"Pada saat itu sebanyak 182 orang anggota dan keluarga AAU yang tinggal di Cangkringan, Sleman, DIY, dan sekitarnya juga terkena dampak erupsi Merapi. Mereka kemudian kami tempatkan di flat-flat yang ada di kompleks AAU," katanya. Sumber (*)

"Crop Circle" Hebohkan Warga Magelang

Magelang (ANTARA News) - Fenomena "crop circle" yang muncul di Yogyakarta, kini menghebohkan warga Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Berdasarkan pantauan di Magelang, Minggu, "crop circle" tersebut terdapat di lahan padi milik KH. Yasin di Dusun Kumbangan Desa Banyusari, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang.

Pola aneh tersebut berupa lima bulatan berjejer, satu di antaranya yang berada di tengah lebih besar dari empat lainnya. Empat bulatan kecil berdiameter sekitar 2,5 meter, sedangkan bulatan tengah berdiameter sekitar lima meter.

Pada bulatan terbesar tampak seperti sebuah cincin bergerigi di bagian tepi. Kelima bulatan ini berjejer dengan panjang sekitar 20 meter.

Lahan padi milik Yasin tersebut seluas sekitar 1.500 meter persegi dengan umur tanaman sekitar tiga bulan dan sudah berbuah.

"Crop circle" tersebut pertama ditemukan seorang santri di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtain milik KH Yasin, Irfan (17) pada Sabtu (29/1) pagi, namun kabar tersebut baru menghebohkan warga pada Minggu.

Irfan mengatakan, pada Sabtu pagi dirinya hendak mencari bambu di dekat sawah KH Yasin. "Saat lewat sawah milik Pak Kiai, saya lihat ada yang aneh di tanaman padinya. Setelah saya cermati ternyata hampir sama dengan yang ada di televisi," katanya.

Ia mengatakan, sebelumnya tidak mengetahui ada tanda-tanda aneh. Namun, berdasarkan informasi dari seorang teman santri, Muhaimin menyebutkan pada malam sebelumnya, di lokasi itu terjadi puting beliung.

"Warga Dusun Wonosari juga membenarkan adanya puting beliung pada Jumat malam, sekitar pukul 23.00 WIB," katanya.

Fenomena yang sebagian masyarakat menganggap sebagai jejak UFO ini membuat warga sekitar berduyun-duyun mendatangi lokasi untuk melihatnya.

Untuk mengamankan lokasi, aparat kepolisian dari Polsek Tegalrejo memasang garis polisi mengelilingi lahan tersebut.

Kapolsek Tegalrejo AKP I Wayan Sudiarta mengatakan masih akan melakukan penyelidikan terkait penemuan "crop circle" tersebut. Sumber (*)

Subscribe via email

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Followers

  © Blogger template 'The Lake' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP