Gabung dan hasilkan uang dengan memasang iklan di kumpulblogger.com
Share |

Thursday, November 25, 2010

Sayur Brongkos Diminati Wisatawan Mancanegara


Yogyakarta (ANTARA News) - Sayur brongkos yang merupakan makanan tradisional khas warisan leluhur masyarakat Yogyakarta diminati wisatawan domestik maupun mancanegara, sekalipun bencana Gunung Merapi tengah berlangsung.

"Sayur brongkos ini merupakan warisan leluhur yang hingga saat ini masih diminati oleh masyarakat," kata penjual sayur brongkos di kawasan bekas pasar burung Ngasem, Yogyakarta, Rini, Minggu.

Ia mengatakan, sayur brongkos buatannya menggunakan resep dan bumbu asli dari warisan leluhur.

"Bumbunya hanya menggunakan bawang merah, bawang putih, kemiri, ketumbar, santan kelapa dan kluwak yang membuat warnanya menjadi hitam. Sedangkan bahan pelengkap adalah kacang, tahu, telur, dan daging sapi," katanya.

Makanan berwarna coklat kehitaman ini kaya rempah sehingga menarik minat para pemburu kuliner. "Saat ini sayur brongkos jarang ditemui karena kalah oleh makanan modern yang sedang menjadi tren," katanya.

Meskipun demikian, sayur brongkos tetap diminati masyarakat bahkan wisatawan mancanegara. "Sejumlah wisatawan asing seperti dari Australia, Malaysia dan Singapura pada masa liburan datang membeli sayur brongkos ini," katanya.

Ia mengatakan pada hari-hari biasa banyak warga Kota Yogyakarta membeli brongkos, ada yang langsung dimakan di tempat, ada juga yang dibungkus untuk dibawa pulang.

Ia mengatakan, harga sayur brongkos ini relatif murah yakni satu porsi sayur brongkos hanya Rp8.000. Jika ingin tambahan lauk cukup menambah Rp4.000. "Harga sayur brongkos disesuaikan dengan harga bahan baku begitu juga dengan lauk pauknya," katanya.

Dalam satu hari, ia mengatakan, pada hari biasa dirinya mampu menjual sekitar 60 porsi sayur brongkos, namun pada masa liburan dalam satu hari mampu menjual sekitar 100 porsi sayur brongkos.

"Pada hari biasa mayoritas pembeli adalah masyarakat lokal, sedangkan pada masa liburan banyak wisatawan lokal maupun mancanegara," katanya.

Sementara itu, seorang pembeli sayur brongkos Ahmad mengatakan bahwa sayur brongkos ini berbeda dengan sayur brongkos pada umumnya.

"Sayur brongkos ini bumbu dan rempah-rempahnya lebih terasa berbeda dengan yang lain. Warnanya saja sudah menggugah selera makan," katanya.

Ia juga mengatakan, saat ini jarang ditemui sayur brongkos karena ini merupakan makanan tradisional dan tidak semua orang dapat membuatnya.

"Sepengetahuan saya, sayur brongkos ini merupakan sayuran tradisional yang saat ini keberadaanya mulai hilang karena kalah saing dengan menu makanan baru yang serba instan," katanya.

Ahmad berharap masayarakat khususnya masyarakat Yogyakarta terus melestarikan dan menjaga resep masakan warisan leluhur. "Tidak hanya budaya yang dijaga , tetapi kuliner juga perlu dijaga kelestariannya karena merupakan ciri khas bangsa," katanya. Sumber
(U.ANT-161/N002)
COPYRIGHT © 2010

Wapres Resmikan Solo Kota Pesona di China


Nanning, China (ANTARA News) - Wakil Presiden Boediono, Selasa, meresmikan Kota Solo sebagai Kota Pesona atau "City of Charm" pada acara ASEAN-China Expo 2010 yang digelar di Nanning, China.

Peresmian ditandai pengguntingan pita bersama oleh Wapres Boediono dan Gubernur Guangxi, Mabiao, di arena ASEAN-China Expo 2010.

Sebelum peresmian, Wapres didampingi beberapa menteri Kabinet Indonesia Bersatu disambut tarian Merak di paviliun Kota Solo.

Dalam pidatonya, Wapres Boediono mengatakan, penepatan Solo sebagai Kota Pesona sangat tepat mengingat keragaman budaya dan sukunya sangat mewakili wajah Indonesia.

"Solo bahkan layak untuk ikut dalam expo yang sangat dinamik dan beragam ini, serta menyatukan berbagai ragam budaya bangsa," katanya.

Wapres mengungkapkan Solo telah lama dikenal sebagai kota perdagangan. Seluruh pedagang dari berbagai penjuru berkumpul tanpa memandang latar belakang budaya dan suku.

"Solo adalah kota yang penuh tradisi yang anggun dan indah," kata Boediono.

Dengan beragam suku dan budaya serta tradisi, Kota Solo bahkan mampu mengatasi berbagai masalah perkotaan.

"Dengan keberhasilan itu, Solo dapat menjadi contoh bagi kota-kota lain di Indonesia dan kota-kota lain di ASEAN," ujar Wapres Boediono menambahkan.

Usai meresmikan, Wapres didampingi Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, Menteri BUMN Mustafa Abubakar, dan Menteri Perindustrian MS Hidayat, berkeliling paviliun Solo.

Bahkan Wapres sempat menghadiahi Gubernur Mibao sebuah topeng klasik Jawa gaya Solo "Gunung Sari" dan mengenakan bersama kalung miniatur topeng klasik Jawa gaya Solo. Sumber

(R018/R007/S026)
COPYRIGHT © 2010

Manusia Sudah Ada di Bojonegoro Sejak Prasejarah


Bojonegoro (ANTARA News) - Di Bojonegoro, Jawa Timur, sudah ada manusia sejak zaman prasejarah, sebelum manusia di Indonesia mengenal tulisan, pada tahun 400 Masehi.

Ini dikatakan dosen arkeologi Universitas Indonesia, DR Ali Akbar, dalam pameran dan seminar kepurbakalan yang diikuti guru sejarah di Bojonegoro, Rabu.

Menurut dia, dasar di Bojonegoro ada kehidupan manusia bisa dilihat dari serpihan alat rumah tangga, berupa alat untuk menumbuk yang ditemukan Dewan Kepurbakalaan Bojonegoro.

"Serpihan alat rumah tangga yang sudah menjadi fosil yang dipamerkan ini menunjukkan adanya manusia di Bojonegoro, pada zaman pra-sejarah," katanya menegaskan.

Menurut dia, kehidupan manusia tersebut menunjukkan awal keberadaan Bojonegoro, sekitar 1.600 tahun yang lalu. Diperkirakan, ketika itu mereka menghuni gua-gua, hanya saja wilayah yang ditempati manusia di zaman prasejarah di Bojonegoro belum ditemukan.

"Ketika itu mereka belum mengenal tulisan," katanya menjelaskan.

Dia mengatakan, dengan adanya temuan serpihan perlengkapan manusia prasejarah di wilayah Bojonegoro itu, perlu dipetakan daerah yang kemungkinan menjadi hunian manusia di zaman itu. "Untuk itu dibutuhkan penelitian lebih mendalam," ucapnya.

Seminar dan pameran kepurbakalan di Bojonegoro tersebut, diselenggarakan selama dua hari dengan mengundang narasumber dari Universitas Indonesia dan Universitas Udayana Bali.

Di lokasi seminar juga dipamerkan sejumlah fragmen fosil manusia purba, juga binatang purba, hasil temuan dewan kepurbakalaan dari sejumlah situs di Bojonegoro.

Menurut Ketua Panitia Penyelenggara Seminar dan Pameran Kepurbakalaan Bojonegoro, Hasan Lutfi, digelarnya seminar ini sebagai langkah mengangkat peninggalan sejarah yang ada di Bojonegoro. Alasannya, temuan peninggalan prasejarah dan sejarah di Bojonegoro selama ini kurang mendapatkan perhatian, sehingga dianggap tidak berharga.

"Adanya seminar ini sekaligus untuk mengali awal sejarah Bojonegoro," katanya menjelaskan. (*) Sumber

(T.KR-SAS/H-KWR/R009)
COPYRIGHT © 2010

Batik Potensi Jadi Cenderamata Wisatawan


Batik Potensi Jadi Cenderamata Wisatawan
ilustrasi (ANTARA/Agus Bebeng)
Yogyakarta (ANTARA News) - Produk kerajinan batik tulis memiliki potensi menjadi cinderamata bagi wisatawan mancanegara dan nusantara yang berkunjung ke daerah tujuan wisata di Indonesia, kata Ketua Yayasan Widya Budaya Yogyakarta, Widi Utaminingsih.

"Apalagi batik telah ditetapkan sebagai warisan budaya Indonesia oleh Badan PBB untuk urusan Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan (UNESCO) sejak setahun lalu," kata Widi di Yogyakarta, Kamis.

Menurut dia, pengukuhan batik oleh UNESCO merupakan bukti pengakuan dunia bahwa hasil kekayaan budaya bangsa Indonesia bernilai tinggi.

"Pengakuan dunia terhadap batik Indonesia akan meningkatkan citra batik dan Indonesia. Keberadaan batik sebagai warisan budaya nenek moyang bangsa Indonesia dapat dilestarikan dengan baik karena ada dorongan untuk memproduksi batik berkualitas," katanya.

Ia mengatakan, kalau batik menjadi cinderamata wisatawan, diharapkan produknya berkualitas dan menjadi bagian dari pariwisata Indonesia.

"Di sisi lain kehidupan para perajin batik juga akan lebih baik karena sektor pariwisata sudah menjadi tumpuan kehidupan sebagian masyarakat Indonesia," kata Widi yang yayasannya bergerak di bidang studi pengembangan budaya dan pariwisata berbasis potensi lokal.

Menurut dia, para perajin batik di Indonesia akan meningkat kesejahteraannya jika batik menjadi cinderamata wisatawan yang berkunjung ke berbagai objek wisata terutama yang wilayahnya memiliki pusat produksi kerajinan batik.

Ia mengatakan, potensi batik cukup besar karena di setiap daerah memiliki corak dan ragam batik sendiri. Misalnya di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tercatat ratusan corak atau ragam batik.Bahkan produk inovasi baik misalnya kerajinan topeng kayu batik.

"Jadi wisatawan diharapkan memiliki banyak pilihan saat membeli batik saat mengunjungi objek wisata," katanya.(*) Sumber
(ANT/R009)
COPYRIGHT © 2010

10 Orang Asing Menari "Lenggang Suroboyo"


Surabaya (ANTARA News) - Sepuluh orang asing menari tarian khas Surabaya "Lenggang Suroboyo" di STIE Perbanas Surabaya, untuk mengenang masa tugasnya selama bekerja sama dengan kampus berbasis ekonomi itu.

"Sepuluh orang sukarelawan asing itu berasal dari Amerika, Rumania, India, Inggris, Irlandia, Brazil, dan Australia," kata Kepala Unit Kerja Sama STIE Perbanas Surabaya, Rovila El Maghviroh, saat ditemui di "Farewell Party" Para Sukarelawan IBM di STIE Perbanas Surabaya, Jumat.

Menurut dia, 10 orang asing berbagai negara tampak anggun dan gagah ketika mengenakan kebaya dan pakaian tradisional di acara tersebut.

"Kegiatan ini, juga diramaikan dengan alunan musik gamelan dan tarian `Lenggang Suroboyo`," ujarnya.

Ia menjelaskan, agenda yang ditata apik untuk terus mengingat kenangan bertugas di Indonesia khususnya di Surabaya ini, karena Sabtu (23/10) 10 orang asing itu bertolak ke negerinya masing - masing.

"Ada yang kembali ke Amerika Serikat dan mungkin ditempatkan IBM ke negara lain sebagai `International Manager`," paparnya.

Selama ini, ia menyebutkan, 10 orang sukarelawan perusahaan yang memproduksi dan menjual perangkat lunak - keras itu membantu pengembangan pendidikan, informasi teknologi, dan sosial di kampus tersebut.

"Selain itu, mereka membantu di ITS dan Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU)," tuturnya.

Ia optimistis, pengadaan program ini dapat memberikan manfaat bagi para sukarelawan maupun kalangan civitas akademika yang menjadi tuan rumah.

"Sementara itu, bagi pelanggan program itu bisa mempertinggi kompetensi, profesionalisme, dan belajar hal baru dalam hubungan kemanusiaan secara universal," katanya.

Di sisi lain, "Country Manager Marketing" IBM Indonesia, Hartini Harris menambahkan, setiap dibuka pendaftaran sukarelawan semacam ini perusahaannya mendata sekitar 7.000 karyawan.

"Namun, sesuai hasil tes seleksi yang ketat hanya lulus 500 orang," ucapnya.

Upaya ini, kata dia, wujud dukungannya menciptakan dunia yang lebih baik untuk mengatasi berbagai permasalahan dunia. Salah satunya, mengirim sejumlah karyawan terpilihnya ke Indonesia termasuk Surabaya.

"Sebelum tiba di Surabaya, para sukarelawan belajar kebiasaan, budaya, bahasa, tujuan proyek, kondisi sosio-ekonomi, dan politik Indonesia," katanya.(*) Sumber

(ANT-071/C004/r009)
COPYRIGHT © 2010

Pemkab Bangkalan Gelar Kirab Budaya


Bangkalan (ANTARA News) - Pemerintah kabupaten (Pemkab) Bangkalan, Madura, Jawa Timur, Senin, menggelar kirab budaya di depan pendopo Agung, Jalan Letnan Abdullah, untuk menyambut Hari Jadi ke-479 kota itu.

Kegiatan yang diikuti 18 kecamatan yang ada di Kabupaten Bangkalan tersebut berlangsung meriah. Dari masing-masing peserta menampilkan budaya lokal yang dimiliki oleh daerah tersebut.

Bupati Bangkalan, Fuad Amin Imron, mengatakan, pagelaran kirab budaya sendiri bertujuan untuk melestarikan budaya yang telah diwariskan nenek moyang. Serta memperkenalkan budaya yang nyaris punah tersebut terhadap generasi muda.

"Dalam momen hari jadi, kami menggelar kirab budaya untuk memperkenalkan pada masyarakat budaya apa saja yang ada di sini," kata Fuad di sela-sela acara kirab Budaya.

Menurut Fuad, pagelaran kirab budaya sangat penting untuk diadakan dalam menyambut hari jadi kota Bangkalan. Sebab, hari jadi merupakan sejarah hari lahir kabupaten Bangkalan. Dan dalam perjalanannya juga tidak lepas dari budaya.

"Kami berharap dengan adanya kirab budaya, bisa memberikan rasa kecintaan masyarakat terhadap budaya lokal yang ada disini," katanya.

Salah satu budaya yang ditampilkan dalam acara tersebut yakni "Sumur Brumbung" yang terletak di Dusun Lobuk, Kelurahan Tunjung, Kecamatan Burneh. Dimana air dari sumur itu dipercayai masyarakat bisa mengobati penyakit hernia pada anak kecil.

Disamping itu, masyarakat mempercayai jika sumber air yang keluar dari sumur Brumbung berwana merah maka diprediksi bakal ada suatu bencana. Namun, kalau air yang keluar berwarna jernih dipastikan akan membawa ketentraman.

Sementara kibat ada pagelaran kirab budaya sejumlah ruas jalan protokol macet total. Sebab, peserta kirab budaya saat berjalan menutupi ruas jalan, sehingga membuat para pengguna kesal karena terjebak kemacetan.  (ZIZ/K004) Sumber
COPYRIGHT © 2010

Pentas Sendratari Mahakarya Borobudur Untuk Korban Merapi


Pentas Sendratari Mahakarya Borobudur Untuk Korban Merapi
Gunung Merapi terlihat dari Umbulharjo, Cangkringan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, Sabtu (30/10). Gunung Merapi yang meletus untuk kali kedua pada Sabtu (30/10) dini hari disertai suara ledakan keras dan awan panas serta mengakibatkan ribuan warga di Kawasan Rawan Bencana (KRB) II meninggalkan rumah untuk mengungsi. (ANTARA/R. Rekotomo)
Magelang (ANTARA News) - Hasil penjualan tiket Pentas Sendratari Mahakarya Borobudur Ketiga Tahun 2010 yang digelar pada Sabtu malam dengan tema "Doa untuk Bangsa dan Peduli Merapi" dipersembahkan kepada para korban bencana Gunung Merapi.

Hasil penjualan tiket pentas sendratari tersebut disumbangkan kepada para korban Merapi melalui Pemerintah Kabupaten Magelang, Jawa Tengah dan Kabupaten Sleman, DIY.

Direktur Utama PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko Purnomo Siswoprasetjo memberikan sumbangan tersebut kepada Wakil Bupati Magelang Zaenal Arifin senilai Rp60 juta dan perwakilan Pemkab Sleman Safitri Purnama Dewi Rp40 juta.

"Ini merupakan wujud kepedulian yang kami berikan kepada para korban Gunung Merapi dengan menyumbangkan seluruh hasil penjualan tiket pentas Sendratari Mahakarya Borobudur," katanya.

Ia mengatakan negeri ini kembali berduka, korban nyawa dan harta tidak terhindarkan, keprihatinan dan rasa simpati seluruh komponen bangsa harus sepontan tergerak.

Salah satu dari beberapa musibah antara lain meletusnya Gunung Merapi, saat ini ribuan pengungsi hidup di barak pengungsian dalam kondisi yang penuh keterbatasan dan memprihatinkan, berbagai kebutuhan bagi mereka sangat diperlukan.

"Sendratari di panggung Aksobya di candi Borobudur ini sebagai kepedulian kami untuk bersama-sama berdoa dan berbagi kasih dengan masyarakat korban meletusnya Merapi," katanya.

Pertunjukan sendratari Mahakarya menyediakan tiga jenis tiket, yakni platinum dijual dengan harga 80 dolar AS, gold 60 dolar AS, dan kelas festival Rp100.000 per orang.

Kepala Unit Taman Wisata Candi Borobudur Pujo Suwarno mengatakan selain hasil penjualan tiket, pihak manajemen Taman Wisata candi Borobudur juga menyisihkan dana sebagai bentuk kepedulian sosial terhadap para korban Merapi.

"Dari sisi atraksi budaya, kami ingin menyampaikan bahwa walaupun sedang menerima musibah bencana Merapi tetapi aktivitas pariwisata masih tetap bisa berjalan seperti pelayanan yang dilakukan sampai sekarang," katanya. (H018/K004) Sumber
COPYRIGHT © 2010

KBRI Madrid Dan BHI Gelar Pelatihan Membatik


KBRI Madrid Dan BHI Gelar Pelatihan Membatik
Membatik/ilustrasi. (ANTARA/Agus Bebeng)
London (ANTARA News) - KBRI Madrid bekerja sama dengan Batik House Indonesia (BHI) menggelar kegiatan promosi Indonesia berupa pelatihan membatik dengan pelatih Venny Akhwani Alamsyah, yang berpengalaman di lebih dari 60 negara mengajarkan teknik membatik Indonesia.

"Kegiatan `workshop` membatik bertujuan melestarikan dan memperkenalkan kebudayaan Indonesia melalui seni membatik tradisional Indonesia di kalangan masyarakat Spanyol," ujar Sekretaris Tiga KBRI Madrid, Krisnawati Desi Purnawestri kepada koresponden Antara London, Senin.

Dikatakannya, pelatihan atau "workshop" membatik juga ditujukan bagi masyarakat Indonesia di Spanyol untuk meningkatkan kecintaan WNI terhadap budaya bangsa Indonesia, dan pemahaman bahwa batik sebagai budaya memiliki nilai seni dan budaya yang tinggi, di samping filosofi yang dikandungnya.

Menurut Desi, penyelenggaraan pelatihan ini dilatarbelakangi pengamatan KBRI Madrid adanya peluang bagi pengenalan budaya Indonesia di kalangan masyarakat Spanyol mengingat tren saat ini yang mengarah ke Asia.

KBRI Madrid mengadakan serangkaian "workshop" yang diadakan baik di KBRI maupun bekerja sama dengan sekolah-sekolah mode di Madrid.

Pelatihan membatik diadakan enam kelas membatik selama tiga hari, yang dilangsungkan di tiga tempat di KBRI Madrid, di Insituto Europeo de Dise`o Madrid (IED) dan Escuela de Arte 2` Madrid.

Di KBRI diadakan sebanyak tiga kelas membatik yang ditujukan bagi masyarakat umum Spanyol dan Indonesia.

"Antusiasme masyarakat umum Spanyol sangat tinggi dalam mengikuti workshop ini, meskipun sebagian besar peserta pelatihan yang diadakan di KBRI sangat awam terhadap seni dan teknik membatik," ujarnya.

Workshop yang diresmikan Kuasa Usaha Ad Interim KBRI Madrid yang menyebutkan bahwa batik merupakan salah satu kekayaan budaya Indonesia yang sangat khas, baik dari teknik pembuatan maupun motifnya.

Batik juga telah diakui sebagai kekayaan dunia, dengan dikukuhkannya batik sebagai Intangible Cultural Heritage of Humanity oleh UNESCO Oktober tahun lalu. Untuk itu Indonesia ingin membagikan kekayaan ini sebagai pengetahuan bagi masyarakat seluruh dunia.

Workshop yang digelar KBRI Madrid bekerja sama dengan Insituto Europeo de Dise?o Madrid yang merupakan sekolah desain ternama di Eropa, workshop membatik diikuti 35 mahasiswa tingkat tiga dan post-graduate.

Sebagai mahasiswa seni dan desain, antusiasme para mahasiswa dalam mengikuti workshop ini sangat tinggi, mengingat pemahaman yang telah dimiliki para peserta mengenai teknik pencetakan dan desain di atas kain.

Direktur IED Marisa Santa Maria menyampaikan ucapan terima kasih atas kerjasama yang baik dalam mengadakan program tersebut, untuk memberikan kesempatan yang sangat langka bagi para mahasiswa belajar hal yang baru, yang akan membuka pengetahuan mereka tentang Indonesia.

Sementara itu di Escuela de Arte 2` Madrid, sekolah seni khusus jurusan desain mode dan tekstil, workshop membatik diikuti sekitar 70 mahasiswa termasuk Direktur Sekolah, Transito beserta para pengajar dan mahasiswa sekolah yang menilai pelatihan itu sangat tepat.

"Workshop" diawali dengan demo membatik diharapkan peserta dapat menyaksikan secara langsung cara pengerjaan batik sebelum mempraktikkannya.

Ibu Venny, yang mengajarkan membatik menyampaikan presentasi singkatnya mengenai sejarah perkembangan batik di Indonesia, kekhasan batik Indonesia sehingga ditetapkan menjadi salah satu Intangible World Heritage oleh UNESCO, penjelasan mengenai jenis-jenis batik Indonesia, serta teknik membuat batik tulis di kain maupun di atas kayu.

Usai pemaparan, para peserta melakukan praktek membatik di atas kain dan kayu hingga proses akhir, dan ditutup dengan foto bersama dengan memperlihatkan hasil karya mereka.

Untuk memperkuat nuansa Indonesia, dalam setiap sesi kegiatan selalu diputarkan musik tradisional Indonesia yang didukung pula oleh dekorasi bernuansa batik.

Dalam pelaksanaan workshop di KBRI juga disediakan makanan khas Indonesia seperti kue talam ubi, lemper, risoles, dan lainnya yang mendapat pujian dan sambutan dari para peserta workshop yang merasakan nuansa Indonesia secara utuh dalam kegiatan singkat tersebut.

Pada umumnya para peserta menginginkan agar kegiatan serupa juga diadakan sehingga pengetahuan mereka mengenai Indonesia dapat terus bertambah.

Kegiatan ini mendapat perhatian yang cukup besar dari media massa Spanyol dan mendapat liputan stasiun televisi TV Espa`a (TVE) yang merupakan stasiun televisi dengan jaringan terbesar di Spanyol, yang hadir dari awal hingga akhir pelatihan.

Rencananya liputan kegiatan para peserta dan wawancara dengan pejabat fungsi Pensosbud KBRI Madrid, pelatih batik, dan juga para peserta workshop tersebut akan ditayangkan dalam program televisi bertajuk "Babel" yang merupakan program budaya di TVE, pada minggu ke-2 November mendatang. (ZG/K004) Sumber
COPYRIGHT © 2010

Wayang Beber Meriahkan Festival Desa Budaya


Gunung Kidul (ANTARA News) - Wayang Beber peninggalan masa Keraton Kasunan Surakarta saat dipimpin Sunan Paku Buwono II pada 1727 dipentaskan untuk memeriahkan Festival Desa Budaya 2010 di Desa Bejiharjo, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sabtu.

"Wayang beber yang dipentaskan dipentaskan dalam acara Festival Desa Budaya di Desa Bejiharjo, Gunung Kidul tersebut merupakan wayang beber asli peninggalan Kasunan Surakarta pada masa kepemimpinan Sunan Paku Buwono II ketika masih berada di Kartasura pada 1727 Masehi," kata Ketua Sanggar Pedalangan Pajeksan, Slamet Haryadi di Gunung Kidul.

Slamet mengatakan sejarah keberadaan wayang beber tersebut bermula ketika terjadi perang pecinan dibantu Raden Notokusumo dengan Kasunanan Surakarta yang mengakibatkan penjaga pusaka keraton melarikan diri dengan membawa pusaka keraton termasuk wayang beber tersebut.

"Wayang Beber milik Kasunanan Surakarta yang dibawa lari ketika terjadi perang Pecinan ada dua, dan saat ini yang satu berada di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur dan satunya yang disimpan di Dusun Gelaran II, Desa Bejiharjo. Jadi Di Indonesia hanya ada dua wayang beber yang asli," katanya.

Sementara itu, Dalang Wayang Beber, Ki Narmanto Hadi Kusumo, mengatakan keberadaan wayang beber dilestarikan secara turun temurun di Dusun Gelaran, Desa Bejiharjo dan saat ini merupakan generasi ke 10 yang menjaga dan melestarikan.

"Wayang beber kami lestarikan secara turun temurun, dan saya saat ini merupakan generasi ke 10 yang menjaga wayang beber tersebut," katanya.

Dia mengatakan wayang beber yang dijaga di rumahnya tersebut merupakan peninggalan asli keraton kasunanan Surakarta sehingga perlu adanya sebuah duplikasi yang untuk pementasan dalam rangka menjaga keutuhan wayang beber.

"Wayang beber saat ini sudah kondisinya sudah mulai rusak di lembar bagian tepinya karena termakan usia sehingga dikhawatirkan akan semakin parah kalau dimainkan secara terus menerus untuk itu perlu adanya duplikasi yang khusus untuk pementasan," katanya.

Wayang Beber terdiri atas empat lembar gulungan yang terbuat dari kulit kayu pohon melinjo yang dipentaskan oleh dalang dengan cara ditunjuk dan dibantu dua orang parogo yang bertugas memegangi dua ujung gulungan wayang beber disisi kanan dan kiri beda dengan wayang purwo yang cukup dimainkan oleh satu dalang.

"Perbedaan wayang beber dengan wayang purwa adalah dalam bentuk dan cara pementasan, dalang wayang beber ketika pementasan dengan cara menunjuk gambar tokoh wayang yang tergambar disetiap lembarnya," kaatnya.

Dalam setiap lembar wayang beber berisikan empat adegan sehingga secara keseluruhan berjumlah sebanyak 16 adegan dengan lakon Ki Remeng Mangunjoyo.

"Wayang beber secara keseluruhan bercerita tentang kisah cinta antara Raden Panji Asmara Bangun dengan Dewi Sekar Taji," katanya.

Ki Narmanto mengatakan durasi waktu yang digunakan untuk mementaskan wayang beber hanya satu jam tiga puluh menit dan dimainkan oleh sebanyak 12 orang termasuk dalang dan parogo.

Dia mengatakan pementasan wayang beber bukan hanya di dalam Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta namun juga sudah sampai ke Bali bahkan sampai ke luar negeri yaitu di negara Swiss dan untuk satu kali pementasan biasanya diberi upah minimal Rp3 juta.

"Kami kalau berbicara tentang upah pementasan kok malu, tapi rata-rata sekali pentas diberi honor Rp3 juta," katanya.(*) Sumber
(ANT-160/H008/R009) 
COPYRIGHT © 2010

Butet Kartaredjasa Pentaskan Monolog "Kucing"


Butet Kartaredjasa Pentaskan Monolog Kucing
Yogyakarta (ANTARA News) - Seniman Butet Kartaredjasa mementaskan monolog "Kucing" di Taman Budaya Yogyakarta, Rabu malam, menampilkan lakon ringan dengan nyaris tidak ada kritik politis seperti yang biasa dibawakannya.

"Meskipun dikritik berulang kali, pemerintah tetap tidak mau berubah. `Kucing` jauh dari konotasi politis, tidak seperti hewan lain seperti cicak dan buaya yang dipersepsikan sebagai KPK melawan Polri atau tikus yang menjadi simbol untuk menyebut koruptor," katanya di Yogyakarta, Rabu.

Meskipun minim kritik `nyinyir`, bukan berarti raja monolog asal Yogyakarta tersebut tidak menyelipkan satu atau dua pernyataan yang cukup menghujam.

"Meskipun banyak dibenci orang, kucing memiliki perilaku yang jauh lebih terpuji dibandingkan koruptor, kucing tidak akan memakan jatah makanan yang bukan menjadi haknya," katanya.

Selama ini, Butet memang lekat dengan predikat tukang kritik yang cukup vokal dengan sindiran-sindiran maupun ejekan-ejekan terhadap jalannya pemerintahan. "Saya ingin mengembalikan monolog sebagai permainan seni peran yang otonom," katanya.

Selain minim kritik politik, pementasan kali ini juga dikemas dengan tata panggung yang tergolong sederhana dan tidak berformat besar seperti monolog-monolog Butet Sebelumnya. "Monolog `Kucing` karya Putu Wijaya itu sendiri bercerita tentang kehidupan rumah tangga suami istri," katanya.

Kisah tersebut adalah cerita sederhana tentang seseorang yang suatu hari, karena kesal, memukul kucing milik tetangganya, ia merasa tidak bersalah karena kucing tersebut memang mencuri lauk pauk miliknya.

Persoalan kucing tersebut kemudian menjadi sesuatu yang cukup mengganjal bagi tokoh dalam lakon yang dimainkan dalam durasi sekitar satu jam tersebut.

Ternyata persoalan kucing tersebut juga memengaruhi hubungannya dengan sang istri, juga dengan anak-anaknya, ia juga semakin terpojok karena dituntut untuk mengobati luka kucing yang ia pukul.

Karya yang sebelumnya dipentaskan di Taman Ismail Marzuki Jakarta tersebut dinaskahi oleh Agus Noor, musik digarap Djaduk Ferianto, dengan sutradara Whani Dharmawan.(*) Sumber
(ANT-158/B/M008/R009)
COPYRIGHT © 2010

Budayawan: Pesantren Benteng Bahasa Madura


Pamekasan (ANTARA News) - Budayawan Pamekasan, Madura, Jawa Timur, Kadarisman Sastrodiwiryo menyatakan, lembaga pendidikan pondok pesantren merupakan benteng pertahanan terkuat Bahasa Madura dari ancaman kepunahan.

"Di lembaga pendidikan pondok pesantren tradisi berbahasa Madura masih kuat. Dalam percakapan sehari-hari para kiai pengasuh pondok pesantren selalu menggunakan Bahasa Madura dengan para santrinya. Demikian pula antara santri dengan sesama santri," kata Kadarisman Sastrodiwiryo kepada ANTARA, Selasa.

Di lembaga pendidikan lain, seperti pendidikan formal semisal SMP, SMA, dan SMK penggunaan bahasa Madura memang cendrung berkurang, kendatipun ada muatan lokal untuk pelajaran Bahasa Madura.

Hanya saja, kata Kadarisman, penggunaan Bahasa Madura di lembaga pendidikan formal tidak seperti di lembaga pendidikan pondok pesantren.

"Kalau di pesantren kan seterusnya berbahasa Madura, dan hanya pada waktu tertentu saja yang menggunakan bahasa selain Madura. Makanya menurut hemat saya di pesantren itulah yang sebenarnya merupakan benteng terkuat pertahanan Bahasa Madura," katanya.

"Dadang" sapaan akrab penulis buku "Parebhasan Ban Saloka Madhura (pribahasa dan kalimat kiasan Bahasa Madura) ini lebih lanjut menjelaskan, selama ini memang banyak kecenderungan warga Madura untuk meninggalkan bahasa ibunya.

Hal itu, kata dia, terbukti dengan banyaknya keluarga Madura yang mengajari anak-anaknya dengan Bahasa Indonesia, sehingga meski tinggal di Madura banyak yang tidak mengerti akan Bahasa Madura.

Fenomena ini hampir terjadi di semua wilayah di Madura, mulai dari wilayah paling timur, yakni di Kabupaten Sumenep, hingga di paling barat Pulau Madura, yakni di Bangkalan.

"Ada semacam rasa kurang percaya diri bagi warga Madura untuk menggunakan komunikasi sehari-hari ini dengan bahasanya sendiri," katanya.

Selain lembaga pendidikan pondok pesantren, yang selama ini juga menjadi benteng kuat pertamanan Bahasa Madura dari ancaman kepunahan adalah kelompok kesenian, khusus ludruk Madura.

"Ada juga kelompok-kelompok masyarakat yang memiliki kepedulian untuk terus mempertahankan bahkan berupaya mengembangkan Bahasa Madura dengan membuat buku dan karya ilmiyah berbahasa Madura," katanya menjelaskan.

Kadarisman yang juga Wakil Bupati Pamekasan ini menilai, adanya kelompok semacam itu perlu mendapatkan perhatian pemerintah, sebab mereka ikut berperan serta mempertahankan budaya nasional.

"Budaya Madura ini kan salah satu unsur dari budaya nasional. Jika satu saja unsur dari budaya nasional hilang, maka begitu juga dengan budaya nasional, dan budaya salah satunya adalah dari sisi bahasa," katanya. Sumber 
(ZIZ/K004)
COPYRIGHT © 2010

Karikaturis Australia Tampilkan Sejarah "Soerabaia" 1945


Surabaya (ANTARA News) - Karikaturis ternama Australia, Anthony Raftopoulos atau dikenal Tony Rafty menampilkan sejumlah karya karikatur di Surabaya karena ingin mengajak pecinta seni mengenang perjuangan rakyat "Soerabaia" tahun 1945.

"Saya bangga bisa datang ketiga kalinya di Indonesia terutama di Surabaya," kata pria berusia 95 tahun itu saat membuka Pameran Sketsa, Surat, dan Karikatur berjudul "Soerabaia" 1945, di Galeri Seni AJBS Surabaya (10 - 20 November 2010), Rabu malam.

Apalagi, jelas dia, saat ini kunjungannya bertepatan dengan peringatan ke-65 Hari Pahlawan Indonesia. Kesempatan tersebut menjadikan pria pemilik 15.000 karya yang telah dipamerkan di seluruh dunia itu bisa bernostalgia semasa berada di Surabaya.

"Ketika tinggal di Indonesia, saya sering bepergian dengan Presiden Soekarno," ujar saksi mata sejumlah peristiwa bersejarah termasuk pertempuran Surabaya.

Ia mengaku, pernah terbang ke Surabaya bersama Soekarno dan para menterinya untuk merundingkan perjanjian perdamaian dengan Pemimpin Angkatan Bersenjata Inggris, Brigadir Jenderal A. W. Mallaby.

"Saat itu, pesawat yang kami tumpangi ditembaki 18 kali sebelum mendarat dengan selamat di Kota Pahlawan," kata pria yang juga mantan "caddy Sydney Golf Club" tersebut.

Mengenai koleksi Indonesianya, ia menyebutkan, merupakan kunci perngorbanan yang diderita bangsa Indonesia selama memperjuangkan kemerdekaan. Mayoritas kreasinya dibuat selama tinggal di Indonesia pada tahun 1945 ketika bekerja di Harian Sydney "The Sun". Karya ini juga menyoroti dukungan Australia yang lebih luas pada masa perjuangan kemerdekaan nasional 1945 misal diskusi Soekarno bersama para menteri.

"Ada juga sketsa pertempuran di Penjara Surabaya 1945, Jenderal R. Soedirman memimpin pemberontakan Indonesia di Surabaya, dan pertempuran jalanan di Surabaya," katanya.

Ia optimistis, melalui karyanya warga Indonesia dan Australia dapat belajar tentang hubungan antarbangsa yang kukuh. Hubungan bilateral tersebut bisa menjadi kekuatan tersendiri ke depan.

"Eratnya hubungan Indonesia - Australia tampak dari kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Australia (Maret 2010) dan Perdana Menteri Julia Gilliard ke Indonesia (3/11)," katanya.

Mengutip pernyataan Julia Gilliard di Jakarta, ulas dia, Australia berada di belakang rakyat Indonesia saat memperjuangkan kemerdekaannya selama enam dasawarsa.

"Dengan hubungan tersebut, kami yakin Indonesia - Australia dapat membangun masa depan yang lebih baik bila dilakukan secara bersama - sama," katanya.(*) Sumber
(ANT-071/R009)
COPYRIGHT © 2010

Lesbumi Hibur Pengungsi Merapi Lewat Tarian


Magelang (ANTARA News) - Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia (Lesbumi) Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, bekerja sama dengan grup kesenian tradisional "Budaya Tunas Muda" Desa Gondangsari, Kecamatan Pakis, menyuguhkan hiburan tarian soreng kepada pengungsi Gunung Merapi di beberapa lokasi, Sabtu.

Ketua Lesbumi Kabupaten Magelang, Abet Nugroho, di Magelang mengatakan, para seniman petani yang tergabung di grup itu menyuguhkan hiburan soreng kepada ribuan pengungsi yang menempati penampungan di Lapangan Tembak Akademi Militer (Akmil) Plempungan, Kecamatan Salaman, rumah dinas Ketua DPRD Kabupaten Magelang di Kota Mungkid, dan Balai Desa Gulon, Kecamatan Salam.

"Selain untuk memberikan hiburan kepada pengungsi pada umumnya, juga untuk membangkitkan keceriaan anak-anak pengungsi, agar tidak hanya pasif atau monoton kegiatannya di berbagai penampungan," katanya.

Jumlah tim kesenian soreng yang pentas keliling di sejumlah penampungan pengungsi pada Sabtu itu sekitar 50 orang. Tarian tradisional dengan iringan tabuhan gamelan itu menggambarkan kegagahan prajurit suatu kerajaan pada masa lampau.

Abet Nugroho mengatakan, tari soreng relatif cukup dikenal oleh masyarakat di Kabupaten Magelang termasuk mereka yang tinggal di berbagai desa terakhir dari puncak Gunung Merapi.

Oleh sebab itu perlunya para pengungsi mendapatkan hiburan selama berada di berbagai penampungan.

"Kalau terlalu lama di pengungsian tentu mereka merasa jenuh sehingga butuh hiburan, kami mencoba membantu mereka dengan mementaskan kesenian ini," katanya.

Para pengungsi Merapi yang menempati Lapangan Tembak Akmil terlihat bergembira menyaksikan sajian tari soreng sekitar pukul 13.00 WIB itu.

Pihaknya juga sedang membicarakan kerja sama dengan seniman kawasan Candi Borobudur yang tergabung di Komunitas Seniman Borobudur Indonesia (KSBI) pimpinan Umar Khusaeni untuk menyuguhkan hiburan berupa kesenian melalui panggung bergerak.

"Sedang kami pikirkan, secepatnya semoga bisa diwujudkan sehingga lebih banyak lagi lokasi pengungsian yang bisa kami jangkau dengan suguhan kesenian," katanya.

Abet Nugroho mengatakan, pentas kesenian dengan panggung bergerak itu antara lain akan menyuguhkan performa seni, musik religi grup Kalimasada, dan pengajian oleh ulama setempat.

Pada 21 November 2010, katanya, direncanakan sejumlah artis berasal dari Jakarta yang digalang pengurus Lesbumi pusat di Jakarta juga akan turun ke sejumlah lokasi pengungsian Merapi di Kabupaten Magelang untuk memberikan hiburan.  Sumber

(M029/I006/S026)
COPYRIGHT © 2010

Festival Kelud Sepi Pengunjung


Kediri (ANTARA News) - Festival Kelud yang digelar di areal perkebunan Margomulyo, Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, tepatnya di sekitar Gunung Kelud (1.730 mdpl) sepi pengunjung.

Bupati Kediri, Haryanti Sutrisno, Sabtu mengakui jika kegiatan ini memang tidak seperti biasanya. Jumlah pengunjung tidak sebanyak pada hari libur, sehingga terlihat sepi.

"Tidak seperti biasanya, mungkin kurang sosialisasi padahal sudah jauh-jauh hari diumumkan," katanya saat membuka acara Festival Kelud di areal parkir, Gunung Kelud, Sabtu.

Walaupun kegiatan festival ini sepi pengunjung, ia mengaku tidak akan mengurangi minat para pengunjung datang ke lokasi Gunung Kelud. Pemkab sudah berupaya dengan membangun berbagai sarana dan prasarana memudahkan para pengunjung menuju lokasi.

Kegiatan festival ini merupakan agenda tahunan yang diselenggarapan pemkab. Banyak agenda lomba yang diselenggarakan, di antaranya lomba lukis, panjat tebing, lomba tari, festival band, serta pameran foto yang bertajuk "Kediri tempo doloe".

Hadir dalam agenda itu, beberapa tamu undangan dari kabupaten sekitar, seperti Blitar, Tulungagung, dan beberapa daerah lainnya. Bahkan, dari perwakilan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur, juga datang .

Pelaksana tugas Kepala Bagian Hubungan Masyarakat (Humas) Kabupaten Kediri Edhi Purwanto mengakru optimistis pengunjung yang datang ke lokasi Kelud akan bertambah. Ia mengatakan, minimnya pengunjung saat ini disebabkan aktifitas pendidikan yang masih masuk aktif.

"Hari ini, sekolah - sekolah juga masih masuk, jadi mungkin belum bisa berlibur. Besok (Minggu, 14/11) kemungkinan besar lebih banyak pengunjung, karena sudah libur," ujarnya.

Edhi juga mengatakan, pemerintah juga sudah berupaya menambah berbagai fasilitas untuk kenyamanan para pengunjung, termasuk mematuhi aturan dari PVMBG, tentang larangan mendekati kawah.

Terowongan ampera, yang merupakan terowongan langsung menuju lokasi kawah juga sudah diperpanjang hingga sekitar 500 meter. Pintu masuk terowongan itu juga sudah dibuat pagar besi dan dikunci, saat hari - hari biasa, sehingga pengunjung tidak bisa masuk, mencegah terjadinya korban jiwa.

Kegiatan ini, kata Edhi rencananya juga berlangsung hingga dua hari, mulai Sabtu - Minggu (13-14/11). Hari Sabtu ini, adalah berbagai kegiatan lomba, sementara keesokan harinya, Minggu pengumuman pemenang.

Kepala Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Kelud, Koirul Huda mengatakan kondisi gunung itu saat ini masih belum menunjukkan aktivitas yang lebih, statusnya juga masih "aktif normal".

Walaupun gunung itu masih berada di level terendah, Huda menegaskan tetap melarang pengunjung mendekati zona-zona berbahaya, seperti lokasi kawah. Masih ada kandungan gas berbahaya di sekitar kawah, pascameletus secara "effusif" tahun 2007 lalu tersebut.

"Statusnya saat ini masih aktif normal, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Kalau berbahaya, apa mungkin kami mengizinkan kegiatan ini (Festival Kelud)," ujarnya ditemui di lokasi festival.(*) Sumber
(T.ANT-073/R009)
COPYRIGHT © 2010

Lima Gajah Borobudur Dipindah ke Gembira Loka


Lima Gajah Borobudur Dipindah ke Gembira Loka
Yogyakarta (ANTARA News) - Lima gajah koleksi Taman Wisata Candi Borobudur dipindahkan ke Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta untuk sementara waktu agar tidak terganggu abu vulkanik muntahan Gunung Merapi.

"Saat ini Magelang masih sering dilanda hujan abu vulkanik yang dimuntahkan dari Gunung Merapi," kata Direktur Utama Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka Antonius Tirtodiprojo saat dihubungi dari Yogyakarta, Sabtu.

Antonius yang turun langsung menangani evakuasi lima ekor gajah tersebut mengatakan evakuasi tersebut ditangani oleh tim gabungan dari Balai Konservasi Sumberdaya Alam Provinsi DIY dan Jawa Tengah, pihak Taman Wisata Borobudur, dan tim Gembira Loka.

"Lima gajah tersebut mengalami iritasi mata yang disebabkan abu vulkanik, pemilik binatang tersebut khawatir abu vulkanik akan mengganggu kesehatan satu ekor gajah jnantan dan empat ekor gajah betina," katanya.

Ia mengatakan bahwa Magelang menjadi salah satu daerah yang kerap mendapat kiriman abu vulkanik lantaran hembusan angin selalu mengarah ke bagian Barat.

"Di Gembira Loka, makanan dan minuman gajah akan terjamin. Ini karena kawasan Yogyakarta sudah aman dari hujan abu," katanya..

Namun, kata dia, proses evakuasi tersebut menemui hambatan akibat sulitnya menaikkan lima ekor gajah tersebut ke dua truk yang akan membawanya ke Yogyakarta.

"Sedianya lima gajah tersebut akan dibawa ke Yogyakarta pukul 15.00, tetapi hingga pukul 19.30 baru tiga ekor yang telah terangkut. Kemungkinan baru sampai di Gembira Loka padu pukul 02.00 dini hari," katanya.

Setibanya di Gembira Loka, menurut dia, lima ekor gajah tersebut akan diperiksa kesehatannya secara menyeluruh yang meliputi pemeriksaan kotoran, urine, dan darah.

"Selama dititipkan di Gembira Loka, biaya perawatan Rp5 juta per bulan untuk seekor gajah ditanggung oleh pemiliknya yaitu Taman Wisata Candi Borobudur," katanya.

Menurut dia, pihaknya belum dapat memastikan sampai kapan gajah-gajah tersebut dititipkan di Gembira Loka. "Jika Merapi sudah tenang dan hujan abu tidak lagi mengguyur Magelang, gajah tersebut akan dikembalikan," katanya.(*) Sumber

(ANT-158/A035/R009)
COPYRIGHT © 2010

Ratusan Orang Berebut Gunungan Grebeg Besar


Ratusan Orang Berebut Gunungan Grebeg Besar
Yogyakarta (ANTARA News) - Ratusan orang berebut gunungan yang berisi berbagai hasil bumi dalam upacara Grebeg Besar yang diadakan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dalam rangka merayakan Idul Adha 1431 Hijriyah.

Sejak Rabu pagi, mereka telah memadati halaman Masjid Gedhe Yogyakarta menunggu kedatangan empat gunungan yang akan didoakan oleh para penghulu keraton. Namun, ketika melihat arak-arakan gunungan, ratusan orang itu langsung menyerbu dan berebut isi gunungan.

Petugas keamanan yang berusaha mengamankan gunungan dari serbuan massa, akhirnya kewalahan. Akibatnya, dalam waktu singkat keempat gunungan itu ludes diperebutkan masyarakat sebelum didoakan oleh para penghulu keraton.

Padahal, arak-arakan gunungan itu dikawal sembilan pasukan prajurit keraton, seperti prajurit Wirobrojo, Ketanggung, Bugis, Daeng, Patangpuluh, dan Nyutro. Mereka mengenakan seragam dan atribut beraneka warna dengan membawa senjata tradisional tombak, keris, dan senapan kuno.

Keempat gunungan, yakni gunungan lanang, gunungan wadon, gunungan gepak, dan gunungan pawuhan itu keluar dari keraton melewati siti hinggil, pagelaran, dan menuju Alun-alun Utara. Tembakan salvo prajurit keraton mengantar arak-arakan gunungan menuju Masjid Gedhe.

Seorang warga yang ikut berebut gunungan, Raharjo (58) mengatakan, dirinya setiap tahun mengikuti upacara grebeg yang diadakan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

"Pada Grebeg Besar tahun ini, orang yang datang lebih banyak dari tahun lalu sehingga memadati jalan dan halaman Masjid Gedhe. Saya tidak tahu mengapa tahun ini orangnya lebih banyak," kata warga Srimulyo, Piyungan, Bantul, DIY, itu.

Warga Sendangtirto, Berbah, Sleman, DIY, Seco Mulyono (53) mengatakan, dirinya ikut berebut karena ingin mendapatkan hasil bumi dalam gunungan. Hasil bumi berupa sayuran dan buah itu dipercaya memiliki tuah.

"Sayuran atau buah yang didapatkan dari gunungan itu jika ditanam di sawah atau kebun dipercaya dapat menyuburkan lahan," kata Seco yang mengaku mendapatkan kacang panjang dari salah satu gunungan. Sumber
(ANT/A024)
COPYRIGHT © 2010

Bende Becak Sunan Bonang Berbunyi Lagi


Rembang (ANTARA News) - Bende Becak, sebuah gong kecil yang konon merupakan jelmaan seorang utusan Brawijaya V atau becak, pada Rabu 10 Dzulhijah kembali bersuara.

Gemanya bisa terdengar tidak hanya oleh warga Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, tetapi sampai di Banyuwangi Jawa Timur.

Bukan karena bunyi suaranya yang bertalu-talu, melainkan semangat Sunan Bonang dalam menyiarkan Islam pada abad ke-15 melalui gong kecil, ternyata mampu menghadirkan ratusan warga untuk datang menghadiri ritual penjamasan Bende Becak yang digelar setahun sekali, yakni setiap 10 Dzulhijah.

Pada sekitar tahun 1510 Masehi, Sunan Bonang pernah mengirim surat kepada Raja Majapahit Brawijaya V. Sunan Bonang adalah salah satu tokoh Wali Songo, termasuk ayahnya, Sunan Ampel. Nama aslinya, Raden Maulana Malik Ibrahim yang lahir 1465 M.

Sunan Bonang meminta Brawijaya V, sang penguasa Nusantara, memeluk Islam. Namun, Brawijaya menolak dan mengirim seorang utusan bernama Becak untuk menyampaikan surat penolakan itu kepada Sunan Bonang.

Sang utusan Majapahit itu pun tiba di kediaman Sunan Bonang, di Hutan Kemuning, sekarang Desa Bonang, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang, menjelang maghrib sebelum hari raya Idul Adha.

Setelah menyerahkan surat itu, Becak beristirahat dan menembang lagu-lagu Jawa. Alunan tembang itu mengganggu Sunan Bonang yang sedang mengaji bersama sejumlah muridnya.

Sunan Bonang menanyakan suara yang mengganggunya tersebut kepada santrinya. Si santri menjawab, suara itu adalah suara Becak (utusan Raja Majapahit) yang sedang `nembang` (bernyanyi).

Sunan Bonang mengatakan, suara itu bukan suara Becak, tetapi bende atau gong kecil. Setelah santri itu mengecek ke asal suara, si Becak sudah tidak ada lagi dan berubah wujud menjadi bende.

"Sunan Bonang memakai bende itu untuk mengumpulkan masyarakat mendengar syiar Islam, menjalin kerukunan, dan peringatan tanda bahaya," kata juru kunci Benda Becak Sunan Bonang sekaligus tokoh masyarakat Desa Bonang, Abdul Wahid, Rabu (17/11).

Hingga kini, Bende Becak itu masih ada dan tersimpan di rumah juru kunci tersebut. Setiap 10 Dzulhijah, saat hari raya Idul Adha, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan juru kunci menjamas Bende Becak tersebut.

Dalam upacara itu, juru kunci menyediakan air bunga jamasan di lima tempat, ketan kuning dengan unti atau parutan kelapa bercampur gula jawa. Juru kunci menaruh ketan kuning itu di atas rakitan potongan bambu.

Setelah tokoh agama dan masyarakat menjamas Bende Becak serta batu penabuhnya, ketan kuning plus unti, wadah ketan kuning, dan air bekas jamasan, dibagikan ke masyarakat. Mereka datang dari berbagai kota, antara lain Rembang, Demak, Pati, dan Banyuwangi.

Wadrun (45), pengunjung asal Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur, mengatakan, ketiga uborampe tersebut adalah berkah dari Sunan Bonang. Warga pun kemudian meyakini air bekas jamasan Bende Becak dan ketan kuning itu dapat menyembuhkan sakit.

"Saya memperoleh rakitan bambu wadah ketan kuning, saya akan memasangnya di rumah untuk keselamatan," katanya.

KH Abdur Rahim, ulama setempat mengatakan, penjamasan Bende Becak merupakan pengingat bagi warga atas semangat syiar Islam Sunan Bonang di pesisir Rembang. Penjamasan itu bertujuan mengingatkan pemeluk Islam agar mau memperjuangkan dan menghidupkan Islam sebagaimana dicontohkan Sunan Bonang.

"Peristiwa tersebut mengingatkan pemeluk Islam untuk hidup rukun dan bersaudara. Tidak boleh bertentangan dan saling memerhatikan," katanya. Sumber
(ANT168/Z003)
COPYRIGHT © 2010

Prosesi Grebeg Ngayogyakarta Hadiningrat Minati Warga


Yogyakarta (ANTARA News) - Prosesi upacara Grebeg Besar yang dilaksanakan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, kemarin tampak menarik minat dan antusiasme warga meskipun saat ini Yogyakarta tengah dilanda kesedihan usai meletusnya Gunung Merapi.

Alun-alun utara Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, sejak pagi telah dipadati oleh ribuan masyarakat untuk menyaksikan arak-arakan prajurit yang membawa gunungan berisi hasil bumi.

Acara ritual Grebeg Besar Idul Adha ini diawali dengan keluarnya iringan pasukan prajurit keraton Ngayogyakarta yang terdiri atas prajurit Wirobrojo, Ketanggung, Bugis, Daeng, Patangpuluh, Nyutro yang dikomandani oleh manggala yudha GBPH Yudhaningrat.

Mereka mengenakan seragam dan atribut beraneka warna sambil membawa senjata tradisional tombak, keris, serta senapan kuno.

Di belakang pasukan keraton selanjutnya iring-iringan gunungan Grebeg Besar Idul Adha, meliputi gunungan lanang (laki-laki), wadon (perempuan), gepak, dan gunungan pawuhan.

Iring-iringan pasukan keraton Yogyakarta dan empat gunungan keluar dari dalam keraton melewati Siti Hinggil, Pagelaran, dan menuju Alun-Alun Utara. Tembakan salvo prajurit keraton mengantar arak-arakan menuju Masjid Gede Kauman.

Sedianya, setelah tiba di Masjid Gede, empat gunungan tersebut akan didoakan terlebih dahulu oleh penghulu keraton, tetapi belum sempat didoakan, empat gunungan tersebut ludes diserbu masyarakat.

"Setiap keraton menggelar acara grebeg saya selalu menyempatkan datang untuk berebut isi gunungan, meski harus berdesakan dengan ratusan warga lain yang juga ingin berebut hasl bumi yang ada di gunungan," kata Sugiarto warga Ngampilan yang turut berebut isi gunungan tersebut.

Sugiarto mengatakan dirinya masih percaya bahwa barang-barang hasil bumi yang ada di gunungan akan membawa berkah tersendiri bagi dirinya dan keluarganya. "Saya masih percaya, benda-benda berupa hasil bumi yang ada di gunungan akan membawa berkah," katanya.(*)
(ANT-158/H008/R009) Sumber
COPYRIGHT © 2010

Cak Kandar Pamerkan Lukisan Kolaborasi Teknologi Informatika


Surabaya (ANTARA News) - Pelukis asal Surabaya, Cak Kandar, menjadwalkan memamerkan lukisannya yang berkolaborasi dengan teknologi informatika bertajuk "Now" yang digelar di Hotel Bumi, Surabaya, 24 November, dan dibuka oleh Gubernur Jawa Timur, Soekarwo.

"Saya melihat nilai yang positif dan menarik dari kolaborasi antara lukisan biasa dengan perpaduan teknologi informatika melalui program di komputer. Syukurlah hasilnya sangat memuaskan," ujar Cak Kandar dalam konferensi pers di Surabaya, Selasa.

Dalam pameran yang berlangsung selama dua pekan ke depan, ada sekitar 20 lukisan yang dipajang. Di antaranya berjudul "Bisik-bisik", "Bersandar", "Habis Gelap Terbitlah Terang", serta 17 lukisan lainnya.

Gambar dalam semua lukisan, lanjut dia, diambil melalui kamera kesayangan yang baru dibelinya dan mengambil objek keluarga, kerabat dekatnya, maupun dirinya sendiri.

Seperti halnya lukisan berjudul "Saya! Kamu! Dia!, yang objek lukisannya menggambarkan diri Cak Kandar sendiri.

"Lukisan itu saya buat karena banyak dari diri kita, politisi, maupun selebriti yang saling menyalahkan, dan berebut saling membantah. Inilah situasi yang terjadi sekarang," ucap seniman berambut gondrong kelahiran 62 tahun lalu itu.

Ia menjelaskan, lukisan kolaborasi dengan teknologi ini proses awalnya yakni memotret, memasukkan foto ke program "photoshop", kemudian melukisnya dengan cat di kain kanvas.

Ia mengaku tidak khawatir kehilangan nilai seni dari sebuah karya proses lukisan. Dikatakannya, menggunakan teknologi atau tidak bukan perkara benar dan salah dalam nilai sebuah kesenian.

"Antara gambar asli dengan gambar tambahan sekitar fifty-fifty. Pengolaborasian dengan teknologi ini memberikan kemudahan pekerjaan," papar seniman yang rencananya akhir tahun ini menggelar pameran di lokalisasi Dolly.
(T.ANT-165/C004/P003) Sumber
COPYRIGHT © 2010

Tembang Gamelan Mengalun Merdu di Katedral Carlisle


Tembang Gamelan Mengalun Merdu di Katedral Carlisle
London (ANTARA News) - Tembang Gamelan Jawa mengalun merdu di Katedral Carlisle, di bangunan megah pada tahun 1123 M, terasa semakin sakral dengan alunan gamelan yang memukau 300 pengunjung yang menyaksikan pertunjukkan malam itu.

Pertunjukan gamelan tersebut, merupakan acara utama "An Indonesian Evening" yang dimotori Cumbria Inter-faith Forum (CIF), suatu wadah komunikasi antar umat beragama di Cumbria, wilayah di bagian utara England, satu dari empat region yang membentuk United Kingdom of Great Britain, ujar Sekretaris Satu KBRI London Novan Ivanhoe Saleh kepada Antara London, Rabu.

Pertunjukan gamelan mengawali National Interfaith Week yang bertujuan untuk meningkatkan profil dialog antar agama di berbagai kelompok masyarakat guna mendorong kerukunan antar umat beragama di Inggris.

KBRI London, juga aktif berpartisipasi dan mendukung penuh acara malam ini, antara lain dengan memamerkan barang-barang kerajinan khas Indonesia dan pakaian adat Indonesia serta brosur-brosur tujuan wisata di Indonesia.

Pada kesempatan tersebut, wakil KBRI London juga telah menyampaikan apresiasi yang sangat mendalam atas inisiatif warga setempat dalam meningkatkan pemahaman dan dialog antar berbagai kelompok agama, khususnya di Cumbria.

Menurut Novan Invanoe, Indonesia dipakai sebagai tema utama yang mengawali rangkaian kegiatan inter-faith selama satu minggu, khususnya di Cumbria , berdasarkan pada pemikiran Indonesia satu-satu negara di dunia yang mencantumkan harmoni antar umat beragama di dalam konsititusinya.

Selain pertunjukan gamelan, dibacakan juga ayat-ayat dari tujuh agama/aliran kepercayaan, yang menunjukan bahwa setiap agama/aliran kepercayaan memiliki prinsip dasar yang sama serta mendorong kerukunan kehidupan antar agama.

Ayat-ayat tersebut dibacakan oleh wakil dari agama/aliran kepercayaan di Cumbria , yaitu Islam, Nasrani, Yahudi (Judaism), Hindu, Budha, Sikh dan Baha'i.

Forum dialog antar umat agama di Cumbria didirikan atas respon terhadap peledakan bom di London pada tahun 2005, yang diharapkan dapat menjadi sarana dalam membangun dialog dan jaringan kerjasama antar agama serta sebagai forum komunikasi antar kelompok agama di Cumbria.

Panitia juga berhasil mengumpulkan sumbangan sebesar 640 Pounsterling dari para pengunjung yang akan diberikan kepada korban bencana alam Tsunami di Mentawai dan Gunung Merapi yang akan disalurkan melalui KBRI London. (ZG/K004) Sumber
COPYRIGHT © 2010

Sumber Air Warga Merapi Diteliti


Sumber Air Warga Merapi Diteliti
Sejumlah anggota Marinir TNI AL memasang pipa air minum di kawasan Lereng Merapi sekitar 8km dari puncak Gunung Merapi, Dusun Babatan, Turi, Sleman, Yogyakarta, Rabu (24/11). Pemasangan pipa air minum tersebut untuk tiga Dusun di Keacamatan Turi yang hancur akibat terkena awan panas. (ANTARA/Regina Safri)
Magelang (ANTARA News) - Pemerintah Desa Ngargomulyo, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, meminta instansi berwenang meneliti air dari sumber air bersih di lereng Gunung Merapi karena khawatir air yang biasanya dikonsumsi warga itu tercemar material vulkanik.

Pemerintah Desa Ngargomulyo sudah mengirimkan sampel air ke Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta dan meminta instansi itu menelitinya.

"Kami kirimkan sampel air ke BPPTK untuk diteliti," kata Kepala Desa Ngargomulyo, Yatin, di Magelang, Rabu.

Ia mengatakan, sampel air itu berasal dari mata air Songo (Dusun Tanen) dan mata air Kebon Sabrang (Dusun Sabrang) yang berjarak sekitar dua kilometer dari desa itu.

Dari setiap mata air sudah diambil sampel sebanyak satu botol untuk diteliti.

Ia mengatakan, sebelum Merapi meletus secara intensif mulai 26 Oktober 2010 hingga 5 November 2010, kondisi air dari sumber itu cukup jernih dan untuk kebutuhan rumah tangga sebagian besar masyarakat setempat.

Warga yang tinggal di 11 dusun di desa itu jumlahnya 784 keluarga atau 2.483 jiwa. Desa Ngargomulyo berjarak sekitar delapan kilometer dari puncak Gunung Merapi.

Sekitar 80 persen warga setempat sekarang sudah kembali dari berbagai lokasi pengungsian ke rumah mereka masing-masing.

Letusan Merapi yang ditandai dengan semburan awan panas, luncuran lava pijar, dan hujan abu vulkanik, katanya, diperkirakan telah mencemari sumber air bersih untuk warga.

"Informasinya material letusan itu terdiri atas berbagai unsur yang bisa mencemari air bersih seperti pasir, abu, zat asam dan zat kaca," katanya.

Ia menjelaskan, inisiatif pihak pemdes setempat itu untuk menjaga kesehatan masyarakat terutama pada jangka panjang. Sumber

(M029/Z003/S026)
COPYRIGHT © 2010

Subscribe via email

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Followers

Leave a Message In Here

Book Store


Masukkan Code ini K1-7Y291Y-B
untuk berbelanja di KutuKutuBuku.com

Archives

  © Blogger template 'The Lake' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP