Yogyakarta (ANTARA News) - Prosesi upacara Grebeg Besar yang dilaksanakan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, kemarin tampak menarik minat dan antusiasme warga meskipun saat ini Yogyakarta tengah dilanda kesedihan usai meletusnya Gunung Merapi.

Alun-alun utara Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, sejak pagi telah dipadati oleh ribuan masyarakat untuk menyaksikan arak-arakan prajurit yang membawa gunungan berisi hasil bumi.

Acara ritual Grebeg Besar Idul Adha ini diawali dengan keluarnya iringan pasukan prajurit keraton Ngayogyakarta yang terdiri atas prajurit Wirobrojo, Ketanggung, Bugis, Daeng, Patangpuluh, Nyutro yang dikomandani oleh manggala yudha GBPH Yudhaningrat.

Mereka mengenakan seragam dan atribut beraneka warna sambil membawa senjata tradisional tombak, keris, serta senapan kuno.

Di belakang pasukan keraton selanjutnya iring-iringan gunungan Grebeg Besar Idul Adha, meliputi gunungan lanang (laki-laki), wadon (perempuan), gepak, dan gunungan pawuhan.

Iring-iringan pasukan keraton Yogyakarta dan empat gunungan keluar dari dalam keraton melewati Siti Hinggil, Pagelaran, dan menuju Alun-Alun Utara. Tembakan salvo prajurit keraton mengantar arak-arakan menuju Masjid Gede Kauman.

Sedianya, setelah tiba di Masjid Gede, empat gunungan tersebut akan didoakan terlebih dahulu oleh penghulu keraton, tetapi belum sempat didoakan, empat gunungan tersebut ludes diserbu masyarakat.

"Setiap keraton menggelar acara grebeg saya selalu menyempatkan datang untuk berebut isi gunungan, meski harus berdesakan dengan ratusan warga lain yang juga ingin berebut hasl bumi yang ada di gunungan," kata Sugiarto warga Ngampilan yang turut berebut isi gunungan tersebut.

Sugiarto mengatakan dirinya masih percaya bahwa barang-barang hasil bumi yang ada di gunungan akan membawa berkah tersendiri bagi dirinya dan keluarganya. "Saya masih percaya, benda-benda berupa hasil bumi yang ada di gunungan akan membawa berkah," katanya.(*)
(ANT-158/H008/R009) Sumber