Eksistensi Suling Bambu Di Tengah Modernisasi
KOTA JOGJA_Di mana hampir semua bidang sudah ikut arus modernisasi, tak terkecuali musik dan alat musik tradisional, ternyata alat musik suling bambu masih mempunyai eksistensi. Eksistensi suling bambu ini cukup diacungi jempol di mana alat musik modern telah banyak menggerus popularitas alat-alat musik tradisional, suling bambu masih menunjukkan keberadaanya.
Komunitas Suling Bambu (KSB) adalah sebuah komunitas yang mempunyai komitmen terhadap suling bambu. Komunitas ini mempunyai tujuan untuk mengankat dan melestarikan bersama suling bambu untuk Indonesia.
Menurut Ketua KSB, Deni Kuswoyo (23tahun), mengungkapkan Komunitas ini diharapkan menjadi sebuah komunitas yang tetap melestarikan suling bambu yang memang dapat dikatakan hampir terlupakan oleh masyarakat.
"Kami mengangkat suling bambu dengan cara memainkan dan kemudian mengajarnya kepada siapapun agar bisa memainkan suling bambu." ungkap Deni.
"Dengan hal tersebut kami berharap suling bambu tidak terlupakan, tetap lestari, dikenal dan dapat dimainkan oleh masyarakat luas di tengah modernisasi yang susah dibendung saat ini." tambah Deni.
KSB berdiri pada bulan Mei 2004, yang diawali dengan Ngamen suling keliling. Komunitas ini berdiri sebagai komunitas musik yang bersifat murni dan independent.
Salah satu pendiri KSB, Agus PN, mengungkapkan komunitas ini diharapkan mampu menjadi sebuah komunitas bersama, sehingga siapa saja bisa bergabung.
Komunitas Suling Bambu (KSB) adalah sebuah komunitas yang mempunyai komitmen terhadap suling bambu. Komunitas ini mempunyai tujuan untuk mengankat dan melestarikan bersama suling bambu untuk Indonesia.
Menurut Ketua KSB, Deni Kuswoyo (23tahun), mengungkapkan Komunitas ini diharapkan menjadi sebuah komunitas yang tetap melestarikan suling bambu yang memang dapat dikatakan hampir terlupakan oleh masyarakat.
"Kami mengangkat suling bambu dengan cara memainkan dan kemudian mengajarnya kepada siapapun agar bisa memainkan suling bambu." ungkap Deni.
"Dengan hal tersebut kami berharap suling bambu tidak terlupakan, tetap lestari, dikenal dan dapat dimainkan oleh masyarakat luas di tengah modernisasi yang susah dibendung saat ini." tambah Deni.
KSB berdiri pada bulan Mei 2004, yang diawali dengan Ngamen suling keliling. Komunitas ini berdiri sebagai komunitas musik yang bersifat murni dan independent.
Salah satu pendiri KSB, Agus PN, mengungkapkan komunitas ini diharapkan mampu menjadi sebuah komunitas bersama, sehingga siapa saja bisa bergabung.
Anggota KSB memiliki latar belakang yang berbeda,mulai dai siswa SD, SMP, SMA, mahasiswa dan beberapa anggota sudah bekerja. KSB melakukan latihan rutin setiap Hari Sabtu pukul 15.00-17.00 WIB di Sayap Selatan Taman Budaya Yogyakarta. Banyak program kerja yang telah dilakukan KSB antara lain konser di beberapa acara di Jogjakarta. (Photo : Andri L/KSB) Sumber
0 komentar:
Post a Comment