Gabung dan hasilkan uang dengan memasang iklan di kumpulblogger.com
Share |

Monday, October 25, 2010

Kahyangan Api Bojonegoro Elok di Malam Hari

Kahyangan Api Bojonegoro Elok di Malam HariBojonegoro - Menikmati obyek wisata alam api abadi kahyangan api di Desa Sendangharjo, Kecamatan Ngasem, Bojonegoro, Jatim, tidak hanya dilakukan pengunjung pada siang hari.

Bagi sebagian wisatawan domestik yang datang dari berbagai daerah di Jawa Timur dan Jateng, lebih senang datang pada malam hari, hingga dini hari.

"Mereka yang datang malam hari keperluannya macam-macam, ada yang sekedar istirahat melihat api, tirakatan, ada juga yang menggelar ritual," kata petugas obyek wisata kahyangan api dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Bojonegoro, Maidjan (44).

Dia mencontohkan, beberapa waktu yang lalu, ada puluhan warga asal Trenggalek yang datang dengan bus ke obyek wisata setempat. Mereka mengaku beragama Budha datang dengan keperluan menggelar ritual di dekat lokasi api abadi yang berdiameter tiga meter itu.

"Setelah saya tanya mereka mengaku datang untuk menggelar ritual," timpal penjaga kahyangan api, Ichsan (67) menambahkan.

Mengunjungi obyek wisata kahyangan api pada malam hari, memang memiliki nuansa tersendiri. Para pengunjung, bisa menikmati keindahan dan keelokan jilatan lidah api yang membiru dan memerah.

Semburan api tersebut, keluar dari dalam tanah yang bercampur batu dengan ketinggian yang berbeda-beda, mulai 0,20 cm hingga satu meter. Pada siang hari, jilatan api di gundukan batu yang diberi pembatas lingkaran tembok tersebut, nyaris sulit dilihat, apalagi dari kejauhan. 

Namun, kalau pengunjung mendekat akan merasakan panas cukup menyengat dan mencium bau belerang. Sebagaimana dituturkan Ichsan, jumlah pengunjung yang datang pada malam hari, terbanyak pada malam Jumat pahing.

Di setiap Jumat pahing, pengunjung yang datang baik dari lokal Bojonegoro, juga daerah lainnya bisa mencapai lebih dari 50 orang.

Mereka semalaman begadang di obyek wisata setempat dengan keperluan "ngalap" berkah. Sebagian di antaranya ada yang menggelar selamatan tumpeng di lingkungan setempat.

"Kepentingannya macam-macam," kata juru kunci kahyangan api, Djuri (43) enggan menjelaskan lebih rinci.


Kahyangan Api Bojonegoro Elok di Malam Hari
Kerajaan Majapahit
Kepercayaan warga selama ini, Jumat pahing merupakan hari Mpu Kriyo Kusuma atau Mpu Supo yang hidup di era Kerajaan Majapahit menempati atau memanfaatkan api abadi tersebut, untuk berbagai macam keperluan.

Di antaranya, membuat berbagai macam senjata, termasuk keris sekaligus melakukan tapa brata. Tidak jauh dari api yang pernah dimanfaatkan untuk pengambilan api PON pada tahun 2.000 itu, ditemukan tumpukan batu bata yang diperkirakan dibuat pada jaman Majapahit.

Pada tanggal 23 Oktober, lokasi obyek setempat, juga dimanfaatkan untuk pengambilan api, dalam rangka HUT Kabupaten Bojonegoro. "Temuan batu bata belum diambil dan diamankan dengan pagar, biasa ditempati menyepi pengunjung pada malam hari," tuturnya.

Sebagaimana diungkapkan Maidjan, obyek wisata setempat, pengunjungnya terbanyak pada hari Minggu atau hari libur. Diperkirakan, pada liburan atau Minggu pengunjung bisa mencapai 300-400 wisdom yang datang dari Madiun, Nganjuk, Yogyakarta, Ngawi, selain lokal Bojonegoro dan sekitarnya.

Dengan harga karcis Rp1.500,00 per orang, pengunjung bisa menikmati keelokan api abadi, melihat air mendidih (blekutuk) dan menikmati sejuknya udara di lokasi wisata seluas empat hektare yang kanan kirinya dipenuhi pohon jati.

Pemeritah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro mulai melakukan pembenahan obyek wisata setempat pada tahun 1999 lalu. Baik dengan membangun pendopo tempat beristirahat, Mushala, dan membangun gapura di pintu masuk, termasuk membangun tembok persis di lingkungan api bergaya arsitektur kuno.

Di samping itu, juga membangun tujuh bedak warung berbagai macam makanan melengkapi belasan warung yang sebelumnya sudah didirikan warga setempat. Semula lokasi setempat dilengkapi dengan tiga ular Phyton salah satunya sepajang enam meter.

Ular yang panjangnya enam meter, akhirnya mati, karena sakit. Satu ekor lainnya lepas masuk ke hutan, sedangkan yang satu lagi lepas ditemu warga tidak dikembalikan.

Mencapai lokasi obyek wisata setempat, tidaklah sulit bisa ditempuh dengan kendaraan umum angkudes dari terminal Kota Bojonegoro ke arah Kecamatan Ngasem, dengan karcis Rp5.000,00 per orang.

Hanya saja, pengunjung yang datang dengan kendaraan umum, harus berjalan kaki, karena untuk menuju lokasi, masih sejauh satu kilometer dari jalan raya Ngasem - Dander, tempat angkudes menurunkan penumpang.

"Kebanyakan pengunjung yang datang ke sini membawa kendaraan sendiri,"kata Maidjan. Sumber

0 komentar:

Subscribe via email

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Followers

Leave a Message In Here

Book Store


Masukkan Code ini K1-7Y291Y-B
untuk berbelanja di KutuKutuBuku.com

Archives

  © Blogger template 'The Lake' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP