Gabung dan hasilkan uang dengan memasang iklan di kumpulblogger.com
Share |

Monday, October 25, 2010

Waduk Pacal Potensi Alam Yang Belum Dikembangkan

Waduk Pacal Potensi Alam Yang Belum DikembangkanBojonegoro - Waduk Pacal di Desa Kedungsumber, Kecamatan Temayang, Bojonegoro, Jatim, bisa menjadi andalan obyek wisata di wilayah setempat dengan potensi alamnya.

"Waduk Pacal sebenarnya memiliki potensi alam yang bisa dikembangkan," kata mantan Koordinator Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro, Moeljono.

Dikelilingi hutan jati, Waduk Pacal selama ini menjadi tujuan para pemancing ikan dari berbagai daerah, seperti Nganjuk, Kediri, Jombang dan Bojoegoro. Mereka, datang terutama pada musim kemarau, ketika potensi air setempat mulai surut.

"Kalau kemarau pemancing bisa ratusan dan mereka menginap di sekitar waduk dengan kondisi seadanya," kata Pengamat Unit Pengelola Teknis (UPT) Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo, Arifin.

Bagi pemancing berbagai aneka ikan waduk, di antaranya nila, mujair, tawes, bisa memancing di tepi waduk atau naik perahu tembo ke tengah menempati pulau kecil di tengah lokasi waduk.

Sedangkan pendatang wisatawan domestik yang ingin menikmati keindahan waduk dan sekitarnya, ramai hanya pada hari libur atau Minggu. Menurut Arifin, pengunjung yang datang pada hari libur atau Minggu hanya berkisar 200 orang, terutama para remaja.

Mereka datang hanya menikmati pemandangan air waduk dan sejuknya beristirahat di sekitar waduk yang dipenuhi dengan pohon jati."Sejumlah perahu bebek-bebekan yang pernah beroperasional, rusak," katanya menjelaskan.

Dengan harga karcis masuk Rp1.500,00 per orang, lokasi setempat menjadi tempat rekreasi yang murah dan meriah. Hanya saja, rata-rata wisatawan domestik yang datang berkendaraan bermotor roda empat atau dua. Mencapai Waduk Pacal dari kota Bojonegoro, tidaklah sulit. 

Bagi pendatang dari Kota Bojonegoro bisa mencapai lokasi waduk setempat, dengan kendaraan bus kecil Bojonegoro - Nganjuk atau sebaliknya. Dari kota Bojonegoro, lokasi waduk setempat berkisar 25 kilometer dan dari kota Nganjuk, sekitar 36 kilometer.

Bagi pengunjung yang memanfaatkan kendaraan umum, harus berjalan kaki sejauh dua kilometer masuk ke lokasi. 

Potensi waduk yang dibangun Pemerintah Belanda pada tahun 1933 itu, justru dianggap memiliki potensi sebagai obyek wisata alam, setelah kemampuan daya tampung airnya turun. 

Semula waduk yang masuk daerah aliran sungai (DAS) Bengawan Solo itu, mampu menampung air 42 juta meter kubik. Namun, karena tingginya sedimen yang masuk ke badan waduk dari daerah tangkapannya, daya tampung airnya hanya berkisar 23 juta meter kubik.

Menurut Moeljono, tingginya sedimen waduk yang masuk tersebut, bisa dikelola menjadi sebuah obyek wisata.

Secara bertahap, sedimen di waduk di keruk dan sedimennya tetap di letakkan di sekitar lokasi waduk, sehingga bisa menjadi sebuah pulau yang bisa ditempati sebagai sarana rekreasi. Dibandingkan dibuang ke luar, biaya pengerukan sedimen akan menjadi lebih mahal dan dibutuhkan tempat penampungan yang cukup luas.

Di tempat menumpuknya sedimen di sekitar waduk tersebut, setelah mengeras ke depan bisa dimanfaatkan untuk membangun bangunan yang bisa dimanfaatkan untuk sarana rekreasi seperti restoran atau tempat lainnya.

"Dengan adanya pengerukan sedimen, sekaligus bisa meningkatkan daya tampung air di waduk," jelasnya.

"Bebek-bebekan"

Waduk Pacal Potensi Alam Yang Belum Dikembangkan

Pemkab Bojonegoro pada tahun 2.000 pernah menempatkan sejumlah perahu "bebek-bebekan" yang bisa disewa pengunjung. Pengunjung bisa naik bebek-bebekan mengelilingi waduk. 

Sementara ini, perahu bebek-bebekan tidak dimanfaatkan karena mesinnya rusak, sedangkan lokasi kamping juga jarang dimanfaatkan karena lokasinya semakin rimbun tertutup semak dan pohon jati.

Di samping itu, pernah muncul gagasan mengembangkan obyek wisata Waduk Pacal, menjadi wisata air, mirip obyek wisata Selorejo. Pertimbangan tersebut muncul, karena Waduk Pacal, di samping memiliki potensi alam yang indah, juga menjadi obyek para pemancing.

"Selama ini kami hanya sebatas membersihkan obyek wisata Waduk Pacal, juga obyek wisata lainnya yang ada di Bojonegoro, karena minimnya anggaran perawatan," kata Kepala Bidang Pengembangan Obyek Wisata Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Bojonegoro, Miftachul Huda.

Miftachul tidak menyebutkan jumlah biaya perawatan obyek wisata di Bojonegoro, termasuk Waduk Pacal. Selama ini retribusi yang diperoleh dari karcis ke obyek wisata setempat hanya berkisar Rp10 juta per tahunnya. 

Dia mengakui, Waduk Pacal sebenarnya memiliki potensi alam yang bisa dikembangkan menjadi obyek wisata di Bojonegoro."Kami terus berusaha menawarkan kepada investor untuk bisa mengembangkan Waduk Pacal menjadi obyek wisata alam," katanya menegaskan. Sumber

0 komentar:

Subscribe via email

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Followers

Leave a Message In Here

Book Store


Masukkan Code ini K1-7Y291Y-B
untuk berbelanja di KutuKutuBuku.com

Archives

  © Blogger template 'The Lake' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP