Gabung dan hasilkan uang dengan memasang iklan di kumpulblogger.com
Share |

Monday, October 25, 2010

Nikmatnya Makan Nasi Boranan Lamongan

Nikmatnya Makan Nasi Boranan LamonganLamongan - Dengan wajah "sumringah", Kastini (45), warga Desa Sumberrejo, Kecamatan Kota, Lamongan, Jatim, sibuk melayani puluhan orang yang nongkrong di depannya.

Dengan berkain jarit dan duduk di atas "dingklik" (tempat duduk kayu kecil), dia sibuk melayani pembeli nasi boranan, yang berebut minta didahulukan.

"Pembeli nasi boranan ini pelanggan saya warga Jombang yang akan memancing di Lamongan," kata Kastini, sambil sesekali mengambil koran dan kertas sebagai pembungkus nasi boranan itu.

Meski matahari pagi di kawasan Lamongan belum nampak, namun puluhan penjual nasi boranan sudah berjajar di seputaran alun-alun Kota. Mengambil lokasi di atas trotoar, di depan RS Muhammadiyah di Desa Sunan Drajat, Kecamatan Kota.

Di Lamongan, penjual nasi boranan sejenis, bisa dijumpai di berbagai sudut kota Lamongan, kebanyakan di atas trotoar dan terbanyak di depan Stasiun kereta api (KA) di tepian jalan raya Lamongan-Surabaya.

"Penjual nasi boranan cenderung mengambil lokasi di atas trotoar, di beri tempat di plasa justru tidak ada yang mau," kata seorang warga Desa Kranggan, Kecamatan Kota, Suharto (43).

Sedangkan bagi pembeli, seperti Bima (33) dan Hartono (31), warga asal Jombang, dengan belasan rekannya dengan nongkrong di atas trotar untuk menikmati nasi boranan dengan tempat di atas kertas tidak menjadi masalah. 

Sebagaimana diungkapkan Hartono, dirinya dengan temannya asal Jombang, sudah cukup lama menjadi langganan nasi boranan. Mereka memiliki kebiasaan berombongan memancing ikan di kawasan Lamongan, berangkat dini hari dan sebelum memancing mampir dulu untuk makan nasi boranan.

"Rasanya gurih enak, pedas dan harganya relatif murah, sebungkus cuma Rp5.000,00," ucapnya sambil tersenyum.

Nasi boranan menjadi ciri khas makanan Lamongan, sudah berlangsung cukup lama. Disamping harganya murah, rasanya sangat disukai berbagai kalangan, lantaran kekhasannya pedas dengan ikan sili dan "kuthuk".

Sebagaimana dituturkan Sumari (65), penjual nasi boranan asal Desa Sumberrejo, Kecamatan Kota, kemampuan warga Lamongan dalam membuat nasi boranan diperoleh secara turun temurun.

Mendapat sebutan nasi boranan, sebab nasi tempat berjualan ditempatkan di boranan, semacam bakul yang dibuat dari bambu. Bagi penjual nasi boranan, bakul bambu atau boranan tersebut, tergolong cepat rusak. Sebab, mereka terpaksa harus sering mengganti boranan itu, tidak lebih enam bulan dengan harga Rp50.000,00 per boranan.

"Saya menjual nasi boranan sudah 30 tahun, dulunya bisa membuat karena saya peroleh dari ibu dan nenek saya," katanya menjelaskan.

Para penjual nasi boranan di Lamongan bisa dijumpai setiap waktu, tidak hanya pagi atau malam hari, namun siang hari juga bisa membeli nasi boranan baik yang dijual secara lesehan atau di warung-warung. Bagi para pembeli yang sedang menempuh perjalanan jauh di jalanan Lamongan-Surabaya, lebih senang membeli nasi boranan di depan Stasiun KA.

Menurut Sumari, selama ini dirinya menjual nasi boranan menghabiskan empat kilogram beras. Kekhasan nasi boranan selain ikan sili, ikan kuthuk, juga sambal merah pedas sangat diminati berbagai kalangan. Pembeli dengan mudah bisa memilih lauk nasi boranan, mulai tempe, rempeyek, telur asin, ikan ayam, jeroan, telur dadar, hingga pelas (bahan jagung).

"Saya biasanya memperoleh uang kotor Rp250.000,00 dan untuk belanja sekitar Rp150.000,00," jelasnya dengan nada bangga.

Khusus ikan sili, menurut Sumari dan Kastini, yang sehari bisa menghabiskan sekitar delapan kilogram itu, hanya bisa dijumpai pada musim hujan. Selama ini ikan sili diperoleh secara liar di tambak atau rawa yang banyak dijumpai di kawasan Lamongan. "Kalau musim kemarau ikan sili langka," ucap Sumari.

Berbagai usaha melestarikan nasi boranan dilakukan Pemerintah Kabupaten Lamongan, di antaranya tepat hari jadi Kabupaten Lamongan, 26 Mei, para penjual nasi boranan dikumpulkan bersama dengan penjual makanan khas Lamongan lainnya, seperti soto dan selama sehari digratiskan.

Melihat perkembangan minat masyarakat atas nasi boranan, Bupati Lamongan Masfuk menyatakan, ke depan tidak tertutup kemungkinan nasi boranan akan berkembang menjadi menu makanan di restoran atau tempat lainnya yang eksklusif.

"Jumlahnya terus berkembang, karena memang peminatnya semakin bertambah bisa di atas 500 penjual nasi boranan di wilayah kami, semuanya wanita," kata Masfuk dengan nada bangga.

Mengutip pendapat Prof Mubyarto yang pernah melakukan penelitian di Lamongan, diketahui etos pekerja wanita di Lamongan lebih tinggi dibandingkan kaum laki-lakinya. Sumber

0 komentar:

Subscribe via email

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Followers

Leave a Message In Here

Book Store


Masukkan Code ini K1-7Y291Y-B
untuk berbelanja di KutuKutuBuku.com

Archives

  © Blogger template 'The Lake' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP